Ketika ingin mulai berinvestasi saham, ada banyak istilah yang harus Anda pahami. Salah satu diantaranya adalah istilah saham gorengan. Sama seperti gorengan, saham gorengan memang enak, tapi tidak memiliki gizi dan justru bisa membahayakan investasi Anda. Mengapa demikian? Simak selengkapnya berikut ini:
Apa Itu Saham Gorengan
Saham gorengan adalah saham yang mengalami kenaikan harga secara tidak wajar. Biasanya, saham ini diterbitkan oleh perusahaan dengan kondisi fundamental keuangan dan bisnis yang kurang baik, dan merupakan saham dengan tingkat likuiditas yang terbatas (harganya tidak mudah berubah).
Kenaikan harga pada saham terjadi karena adanya oknum trader atau investor yang membeli saham tersebut secara berlebihan supaya harganya naik tidak wajar dan ketika harga saham tersebut sudah naik, oknum-oknum tersebut akan mengambil keuntungan dengan cara menjual seluruh saham yang mereka miliki. Akibatnya, harga saham tersebut akan turun drastis dan merugikan investor yang membelinya setelah mereka.
Misalnya, harga sebuah saham mendadak naik dari Rp1.000 menjadi Rp5.000 dalam 4 hari saja dengan tanpa alasan. Investor yang mengetahui hal ini lantas membeli saham tersebut di harga Rp5.000 per lembar. Lalu tiba-tiba ketika harga saham tersebut menyentuh angka Rp6.000, tiba-tiba harganya turun menjadi Rp2.000 per lembar. Tentunya, investor tersebut akan mengalami kerugian sebesar Rp3.000 per lembar.
Ciri-Ciri Saham Gorengan
1. Sering terkena auto rejection
Ciri-ciri saham gorengan yang pertama adalah sering terkena auto rejection. Auto rejection adalah mekanisme pemberhentian perdagangan saham yang ada di BEI, ketika harga saham tersebut naik melebihi batas atas (auto rejection atas/ ARA) atau turun melebihi batas bawah (auto rejection bawah/ ARB).
Ini artinya, ketika kenaikan harga sebuah saham berkali-kali menembus ARA dalam satu kali waktu, bisa jadi saham tersebut merupakan saham gorengan. Hal ini khususnya apabila saham tersebut sudah pernah terkena suspensi dari BEI karena unusual market activity (UMA), tapi pergerakan harga sahamnya tidak berhenti.
2. Bid dan offer yang tidak wajar
Untuk menginvestigasi apakah sebuah saham adalah saham gorengan atau bukan, Anda bisa membuka order book saham tersebut. Order book sebuah saham terdiri dari 4 kolom, yaitu kolom bid lots, bid price, offer lot dan offer price. Pada saham gorengan, jumlah bid dan lots terlihat tidak merata dan seimbang. Hal ini dibuat dengan sengaja oleh “oknum yang menggoreng saham” tersebut supaya saham bisa digoreng dengan cepat.
3. Kondisi fundamental tidak sesuai dengan kenaikan harga saham
Biasanya kenaikan harga saham sebuah perusahaan menunjukkan adanya perubahan positif dari keuangan perusahaan tersebut entah itu perusahaan menghasilkan lebih banyak laba atau karena adanya sentimen positif terhadap manajemen perusahaan tersebut. Pada saham gorengan, kenaikan harga saham terjadi begitu saja dengan tanpa diikuti oleh katalis positif pada keuangan maupun manajemen perusahaan.
4. Kapitalisasi pasar rendah
Saham gorengan umumnya berasal dari saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar (market capitalization) yang rendah. Perlu diketahui bahwasannya kapitalisasi pasar adalah harga saham sebuah perusahaan dikali dengan jumlah saham tersebut yang beredar di pasaran.
5. Likuiditas yang rendah
Selain kapitalisasi pasarnya yang rendah, likuiditas saham gorengan umumnya juga rendah. Ini artinya, sebelum harganya mendadak naik, tidak banyak investor dan trader yang berminat untuk memiliki saham tersebut. Likuiditas ini bisa Anda lihat dari volume dan jumlah transaksi dari saham tersebut sebelum harganya naik.
6. Nilai rasio keuangan yang tidak wajar
Sebelum membeli saham, umumnya investor akan menganalisis perubahan harga saham tersebut dan kinerja perusahaan di belakangnya menggunakan berbagai rasio keuangan, seperti price to earning ratio (PER) atau price to book value ratio (PBV). Agar hasil analisis tersebut bisa digunakan, biasanya hasil tersebut dibandingkan dengan nilai indikator keuangan dari perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama.
Dalam kasus saham gorengan, nilai indikator keuangan saham tersebut dalam satu periode waktu bisa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya atau jauh lebih rendah. Oleh karena itu, ketika Anda mengetahui ada saham yang seperti ini sebaiknya dihindari.
Cara Menghindari Saham Gorengan
1. Tidak terjebak FOMO
Fear of missing out (FOMO) adalah salah satu sebab utama mengapa seorang investor, khususnya pemula, mudah terjebak saham gorengan. Misalnya, dengan melihat harga saham A naik selama beberapa hari, seorang investor langsung membelinya dengan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu.
2. Hindari pom-pom saham
Sama seperti FOMO, seorang investor pemula juga bisa terjebak membeli saham gorengan akibat adanya pom-pom atau endorsement dari “influencer keuangan” di media sosial. Padahal bisa jadi influencer tersebut diminta oleh oknum tertentu untuk mempromosikan saham tertentu supaya banyak investor baru yang membelinya dan oknum tersebut mendapatkan keuntungan.
3. Hindari membeli saham yang terkena suspensi akibat UMA
Salah satu ciri saham gorengan adalah sering terkena auto rejection atas (ARA), sehingga terkena suspensi sementara dari BEI atas dasar unusual market activity (UMA). Oleh karena itu, salah satu cara terhindar dari saham gorengan adalah dengan menghindari membeli saham yang dalam 1 periode terakhir terkena suspensi BEI akibat unusual market activity (UMA).
4. Lakukan Analisis Fundamental dan Teknikal
Alih-alih langsung membeli saham akibat melihat harganya naik tajam atau karena direkomendasikan oleh financial influencer terkait, sebaiknya Anda melakukan analisis fundamental dan teknikal yang memadai terlebih dahulu sebelum membeli sebuah saham. Pertama, cek order book dari saham tersebut untuk mengetahui adanya indikasi keanehan pada bid dan offer saham tersebut. Kedua, Anda bisa menggunakan berbagai indikator teknis untuk melihat volume transaksi saham tersebut dalam satu waktu.
Ketiga, Anda bisa membuka laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan penerbit saham gorengan tersebut. Hitung indikator keuangannya, seperti PER ratio, PBV ratio atau ROI dan bandingkan dengan perusahaan serupa. Seperti yang telah tertulis di bagian ciri-ciri di atas, hindari membeli saham yang nilai indikator keuangannya jauh dari rata-rata industri, entah terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Anda tidak perlu khawatir, kini transaksi dan analisis saham semakin mudah menggunakan aplikasi Alpha Investasi! Gunakan Alpha Investasi sekarang juga dan dapatkan keuntungan investasi saham-saham terbaik favorit Anda!