Deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus yang dapat terjadi dalam kondisi ekonomi tertentu, seperti saat pandemi Covid-19. Fenomena ini mencerminkan penurunan jumlah uang yang beredar serta permintaan agregat yang lemah, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Memahami penyebab, dampak, dan cara mengatasi deflasi sangat penting bagi investor dan pelaku ekonomi lainnya untuk merespons perubahan pasar dengan tepat.
Yuk simak apa itu deflasi, penyebab, dampak dan cara mengatasinya di bawah ini!
Apa Itu Deflasi?
Secara bahasa, menurut kamus Merriam Webster arti deflasi adalah penurunan jumlah supply mata uang yang kemudian menyebabkan penurunan harga barang dan jasa secara umum. Sederhananya, deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara terus menerus.
Deflasi berbeda dengan inflasi juga berbeda dengan disinflasi. Perbedaan deflasi dan inflasi adalah deflasi merupakan penurunan harga sampai minus, sementara inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus. Di sisi lain, disinflasi adalah penurunan tingkat inflasi dari satu periode ke periode yang lain.
Misalnya, katakanlah terdapat 3 periode yaitu 2020, 2021, 2023. Inflasi terjadi ketika harga barang yang sebelumnya dijual sebesar Rp10.000 di tahun 2020 naik 10% jadi Rp11.000 pada tahun 2021.
Disinflasi terjadi ketika pada periode tahun 2022 ke 2023 harga barang yang sama tidak lagi naik 10%, tapi naik “hanya” 8% menjadi Rp11.880. Adapun contoh deflasi terjadi ketika barang yang sebelumnya dijual dengan Rp10.000 di tahun 2020 turun 10% jadi dijual dengan harga Rp9.000 di tahun 2021.
Baca juga: Apa Itu Inflasi? Simak Arti, Penyebab, Cara Mengatasi & Dampaknya
Penyebab Deflasi
1. Penurunan Jumlah Supply Mata Uang
Supply mata uang naik apabila jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Penyebabnya adalah rendahnya suku bunga perbankan, sehingga masyarakat percaya diri mengambil kredit dari bank dan membelanjakan uang yang mereka miliki.
Sebaliknya, supply mata uang turun kalau jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini karena bank menaikkan suku bunga, sehingga masyarakat mengurangi jumlah belanja dan kreditnya dan mulai menabung di bank. Secara umum, kontrol terhadap jumlah mata uang yang beredar ini berada di tangan bank sentral alias Bank Indonesia.
Bagaimana penurunan supply uang bisa membuat deflasi? Sederhananya, jika masyarakat tidak belanja dan malah menyimpan uangnya di bank, maka permintaan akan barang dan jasa menurun. Sesuai hukum permintaan dan penawaran, kalau jumlah supply lebih banyak dibandingkan dengan jumlah demand, maka harga barang tersebut akan turun.
2. Penurunan Permintaan Agregat
Deflasi seringkali terjadi dalam kondisi ketidakpastian ekonomi, pada saat pandemi Covid-19 kemarin misalnya. Ketika dalam kondisi tidak pasti seperti itu, orang tentu tidak akan membelanjakan uangnya dan memilih untuk menyimpannya di bank demi berjaga-jaga. Apabila hal ini terjadi secara serentak oleh sejumlah besar masyarakat, maka akan terjadi penurunan permintaan agregat dan deflasi.
Tidak hanya karena banyak orang memilih untuk menabung, pandemi beberapa tahun lalu juga membuat masyarakat tidak bisa pergi kemana-mana. Akibatnya, permintaan agregat terhadap kendaraan umum, dan banyak kebutuhan lain mengalami penurunan dan terjadilah deflasi sektoral.
3. Peningkatan Supply
Jjika supply lebih besar dibandingkan demand, maka harga barang atau jasa tersebut akan menurun. Salah satu penyebab peningkatan supply yang relatif tidak terkendali adalah teknologi.
Misalnya, dulu dengan tanpa mesin di sebuah perusahaan bisa membuat 50 gulungan kertas setiap hari, kini seiring dengan perkembangan mesin terbaru, hanya dalam satu hari bisa memproduksi 300 gulungan kertas. Apabila peningkatan produksi kertas ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaannya, maka harga kertas di pasaran niscaya akan jatuh (deflasi).
Baca juga: Contoh & Cara Mengatur Keuangan Pribadi dengan Mudah
Dampak Deflasi
1. Daya Beli Masyarakat Menguat
Seiring dengan penurunan harga barang dan jasa, maka daya beli masyarakat menguat. Pada contoh di atas misalnya, pada tahun 2021 kamu bisa membeli barang yang sebelumnya seharga Rp10.000 hanya dengan Rp9.000 saja. Namun demikian, penguatan daya beli masyarakat ini tentu akan percuma jika masyarakat itu sendiri lebih memilih untuk menabung karena kondisi ekonomi yang tidak pasti.
2. Penurunan Biaya Belanja Modal (Cost of Capital)
Tidak hanya barang konsumsi saja yang akan menurun harganya dalam deflasi, tetapi juga barang dan jasa yang dibutuhkan untuk produksi. Akibat penurunan ini, biaya belanja modal entah itu untuk merekrut karyawan baru atau membeli bahan baku juga akan turun. Akan tetapi sekali lagi, jika deflasi ini juga terjadi karena ekonomi yang tidak pasti, maka perusahaan tentu tidak akan melakukan belanja modal lagi dan malah akan melakukan serangkaian pemutusan hubungan kerja (PHK).
3. Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
Ketika masyarakat rumah tangga dan perusahaan enggan berbelanja karena deflasi, maka hal ini akan menurunkan output sebuah negara dan menghambat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada tahun 2020 lalu misalnya, dari IDX Channel, pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia turun hingga -5,32% secara YoY. Padahal, tahun sebelumnya Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,1% sampai dengan 5,5%.
4. Peningkatan Jumlah Pengangguran
Ketika deflasi tidak hanya terjadi pada barang dan jasa supply produksi, tetapi juga barang dan jasa hasil produksi, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal. Akibatnya, jumlah pengangguran juga meningkat.
Baca juga: Apa Itu Resesi? Ketahui Penyebab, Dampak & Cara Menghadapinya
Cara Mengatasi Deflasi
Meskipun tampak buruk, namun pada dasarnya deflasi adalah fenomena yang wajar dalam sebuah ekonomi. Tapi sama halnya dengan inflasi, deflasi juga harus tetap terkontrol.
Cara untuk mengatasi deflasi adalah:
1. Meningkatkan Jumlah Uang yang Beredar
Peningkatan jumlah uang yang beredar dilakukan dengan cara menurunkan suku bunga kredit dan simpanan. Bagaimana cara Bank Indonesia melakukan hal ini? Pertama, suku bunga acuan diturunkan, supaya suku bunga simpanan dan kredit bank-bank umum juga turun.
Kedua, Bank Indonesia akan melakukan pembelian kembali surat berharga miliknya yang sebelumnya dijual ke bank umum. Tujuannya adalah supaya bank-bank umum tersebut memiliki cadangan uang tunai yang cukup untuk memberikan pinjaman kepada nasabahnya. Ketiga, yaitu dengan cara-cara lain yang mendukung 2 kebijakan di atas.
2. Kebijakan Fiskal
Pemberian kredit yang mudah saja tidak akan cukup mengatasi deflasi jika hal tersebut terjadi dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti dan masyarakat pesimis. Kebijakan moneter di atas harus didukung dengan kebijakan fiskal yang memadai, misalnya menyelenggarakan proyek infrastruktur supaya banyak pengangguran bisa mulai bekerja lagi atau dengan memotong pajak individu maupun badan usaha, sehingga lebih banyak uang yang bisa digunakan untuk belanja, dan lain sebagainya.
Deflasi adalah fenomena ekonomi yang perlu diperhatikan, terutama dalam konteks dampak negatifnya terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Meskipun penurunan harga barang dan jasa dapat meningkatkan daya beli, situasi ini juga dapat mengakibatkan ketidakpastian yang membuat masyarakat enggan berbelanja. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan bank sentral untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna mengatasi dan memulihkan stabilitas ekonomi.
Baca juga: Cara Mencapai Financial Freedom Beserta Arti dan Pengertiannya