Media sosial dan internet memang telah membuat hidup lebih mudah, memungkinkan kita bekerja dari mana saja dan tetap terhubung dengan orang yang kita sayangi meskipun terpisah jarak. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat dampak negatif yang tidak bisa diabaikan, baik terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang. Salah satu masalah psikologis yang semakin menonjol dengan hadirnya media sosial adalah FOMO (Fear of Missing Out), yang sering kali memicu perasaan cemas dan ketidakpuasan. Lalu, apa itu FOMO? FOMO adalah ketakutan seseorang akan kehilangan pengalaman berharga yang diduga sedang dinikmati oleh orang lain, sehingga mereka merasa tertinggal atau tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri.
Apa Itu FOMO?
Kepanjangan FOMO adalah fear of missing out. Sesuai dengan arti bahasanya, arti FOMO adalah takut ketinggalan. Secara istilah, FOMO adalah fenomena sosial di mana seseorang merasa takut kehilangan momen atau tren tertentu di media sosial. Pada saat pengumuman konser Coldplay lalu misalnya. Coldplay memang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, banyak orang yang takut kehilangan euforia konser band asal Inggris tersebut sehingga tiketnya habis dalam hitungan menit.
Dalam konteks investasi dan trading, FOMO artinya adalah tindakan seseorang membeli instrumen investasi tertentu hanya karena banyak orang yang membelinya dan takut dia akan kehilangan momentum. Apabila tidak dikontrol dengan baik, tindakan investasi dan trading atas dasar FOMO ini justru akan membuat investor, khususnya investor retail merugi.
Patrick McGinnis memperkenalkan istilah FOMO dalam artikelnya yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis’ Two FOs” pada tahun 2004 di Amerika Serikat. Dalam artikel tersebut, McGinnis mengkritisi tindakan masyarakat yang takut kehilangan momentum saat dotcom bubble. Beliau juga menekankan pengaruh media sosial, seperti waktu saat Friendster dalam fenomena ini.
Ciri-Ciri atau Gejala FOMO
Berikut ini adalah beberapa dari gejala FOMO yang perlu kamu ketahui:
- Tidak bisa lepas dari media sosial. Dalam konteks investasi, ini juga berarti kesulitan untuk tetap terhubung dengan informasi harga dan berita terbaru. Meskipun pada dasarnya hal ini cukup bagus demi mendapatkan keuntungan investasi, namun terus menerus memantau pergerakan harga saham secara tidak terkontrol juga buruk untuk kesehatan dan hubungan sosial.
- Berusaha mengikuti tren. Dalam konteks investasi saham, memang semakin banyak investor yang membeli sebuah saham, maka harga saham tersebut akan naik. Maka dari itu, tidak heran jika banyak investor yang membeli sebuah saham hanya karena tren saja. Namun demikian, tindakan seperti ini sangatlah bahaya, khususnya untuk investor retail.
- Memaksakan diri untuk membeli barang tertentu agar tidak kehilangan momentum. Karena harga saham dapat berubah dengan cepat, penyakit FOMO dapat mendorong seorang investor untuk membeli saham dengan harga di luar kemampuannya dengan tanpa pikir panjang.
- Sulit menolak ajakan orang lain. Saat ini, banyak investor dan trader yang tergabung dalam sebuah komunitas trading bareng (trabar). Meskipun di satu sisi positif, namun di sisi lain hal ini dapat menimbulkan FOMO jika salah satu atau beberapa orang yang disegani dalam group tersebut mengajak untuk membeli sebuah instrumen dengan tanpa pertimbangan matang.
- Adanya keinginan untuk diakui. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya validasi dari orang lain membawa nilai lebih tersendiri untuk membangun kepercayaan diri. Namun haus validasi yang berlebihan juga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam tindakan irasional, seperti FOMO.
Baca juga: Cara Investasi Saham yang Mudah & Tepat
Dampak FOMO dalam Trading dan Investasi
FOMO tidak hanya terjadi dalam dunia sosial, tetapi juga investasi. Fenomena FOMO dalam trading dan investasi bisa sangat bahaya karena:
1. Terjebak dalam Pump and Dump
Pump and dump adalah tindakan sekelompok trader yang membeli saham gorengan supaya harganya naik (pump) dan ketika harga saham tersebut sudah berada pada level yang mereka inginkan, mereka lantas menjualnya (dump), sehingga harganya turun kembali.
Ketika kamu memiliki sifat FOMO dalam trading dan investasi potensi kamu terjebak dalam pump and dump seperti ini sangat besar. Akibatnya, kamu bisa kehilangan modal investasi sebab sebelum kamu sempat menjual saham tersebut, harganya sudah turun tajam.
2. Masalah Keuangan
Ketika kamu membeli saham yang harganya di luar kemampuan kamu dan ternyata saham tersebut adalah saham gorengan, maka bukan tidak mungkin keuangan pribadi kamu akan terganggu. Khususnya jika kamu tidak menggunakan uang dingin untuk membiaya investasi dan malah menggunakan utang.
3. Masalah Fisik dan Mental
Penelitian menyebutkan bahwa tindakan FOMO dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, kelelahan ekstrim, stress dan masih banyak lainnya. Sama dengan kesehatan fisik, kondisi mental kamu juga berpotensi terganggu. Hal ini karena tindakan FOMO yang ekstrim dapat membuat kamu merasa cemas secara berlebihan dan bahkan depresi. Padahal, trading dan investasi adalah kegiatan keuangan yang membutuhkan fisik dan pikiran yang tenang untuk mengambil keputusan.
Baca juga: Contoh & Cara Analisis Fundamental Saham
Cara Mengatasi FOMO
Karena FOMO berbahaya bagi keuangan dan kesehatan, kita perlu menghindari sikap ini dalam kegiatan sosial, trading, dan investasi. Caranya adalah:
- Pilihlah instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan modal yang Anda miliki. Sederhananya, jika kamu tidak memiliki uang dingin yang cukup untuk membeli saham mahal yang harganya di atas Rp10.000 per lembar, maka kamu jangan memaksakan diri untuk membelinya. Selain berisiko tinggi, hal ini juga karena masih banyak saham bagus yang memiliki harga di bawah Rp10.000 per lembar.
- Menyusun jadwal trading yang sesuai. Dalam trading, FOMO seringkali diasosiasikan tidak hanya dengan membeli instrumen berisiko, tetapi juga dengan melakukan transaksi pada jam-jam yang kurang tepat karena takut kehilangan momentum. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya kamu menyusun jadwal trading yang sesuai. Sebab walau bagaimanapun, trading dan investasi membutuhkan pikiran yang jernih supaya bisa sukses.
- Membatasi penggunaan media sosial. Saat ini, kamu dapat menemukan informasi mengenai investasi dan trading di mana saja dalam format apa pun. Di satu sisi, hal ini dapat melengkapi informasi yang kamu miliki. Namun, di sisi lain, kamu harus membatasi arus informasi ini supaya tidak mengambil keputusan investasi dan trading hanya karena takut kehilangan momentum. Caranya adalah dengan memilih media sosial terutama instagram mana yang akan kamu gunakan untuk update informasi investasi dan tidak langsung percaya dengan informasi yang ada di media sosial tersebut. Untuk informasi menarik mengenai investasi dan juga trading, kamu bisa pantau dan follow instagram Alpha Investasi.
Pada akhirnya, data mengenai instrumen investasi, jam investasi dan trading, serta sumber informasi yang telah dipilih akan dicantumkan dalam trading plan. Sikap FOMO niscaya dapat teratasi jika kamu secara rutin menyusun dan mengevaluasi trading plan yang telah kamu buat sebelumnya dan terus disiplin dengan rencana-rencana yang ada di dalam trading plan tersebut.
Baca juga: 6 Cara Investasi untuk Pemula yang Tepat & Mudah dengan Modal Kecil