Alpha Investasi | Aplikasi Investasi Saham Terbaik untuk Pemula

Logo Alpha Investasi

Apa itu ARB dan ARA Saham? Simak Arti juga Perbedaannya

Apa itu ARB dan ARA Saham? Simak Arti juga Perbedaannya

Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia umumnya ditentukan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran. Ini artinya, kalau permintaan sebuah saham naik, maka harga saham tersebut naik pula, begitu pula sebaliknya. Namun demikian demi terciptanya pasar modal yang transparan, maka Bursa Efek Indonesia menetapkan aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh emiten bursa efek dan sistem pasar modal secara keseluruhan. Salah satu dari peraturan tersebut adalah auto rejection. Auto rejection adalah mekanisme sistem di bursa efek yang akan langsung menolak order jual atau order beli dari investor apabila harga yang dimasukkan oleh investor tersebut di atas atau di bawah batasan-batasan tertentu. Auto rejection terbagi menjadi dua, yaitu auto rejection bawah (ARB) dan auto rejection atas (ARA). Baik investor maupun trader perlu memahami dengan baik apa itu ARB dan ARA dalam saham. Simak informasi selengkapnya berikut ini:

Apa Itu ARB dalam Saham?

Apa Itu ARB dalam Saham

Auto rejection bawah atau ARB saham artinya adalah batas harga terendah yang bisa dicapai sebuah saham dalam satu hari perdagangan. Jadi, order jual yang dimasukkan oleh investor atau trader akan otomatis tertolak apabila mereka memasukkan harga di bawah harga ARB tersebut.

Batas ARB saham berbeda-beda tergantung dengan kelompok harga saham tersebut. Menurut BEI (Bursa Efek Indonesia), berikut ini batas ARB saham sesuai dengan kelompok atau fraksi harganya per tanggal 4 September 2023:

  1. Kelompok saham harga Rp50-Rp200 maka ARB-nya sebesar 35%. Misalnya, harga sebuah saham pada fase pembukaan adalah Rp200. Saham tersebut akan terkena ARB apabila harganya turun hingga Rp70.
  2. Kelompok saham harga di atas Rp200 sampai Rp5.000 maka ARB-nya sebesar 25%. Misalnya, harga sebuah saham awalnya Rp 4.000 per lembar, maka saham ini akan terkena ARB jika dalam 1 hari saham tersebut turun Rp1.000.
  3. Kelompok saham harga di atas Rp5.000 juga memiliki ARB 20%. Katakanlah kamu membeli saham seharga Rp10.000 per lembar, maka saham tersebut akan terkena ARB jika turun lebih dari Rp2.000.

Baca juga: Tips & Cara Beli Saham untuk Pemula yang Tepat

Apa Itu ARA dalam Saham?

Apa Itu ARA dalam Saham?

Kebalikan dari auto rejection bawah (ARB) adalah auto rejection atas (ARA). ARA terjadi apabila harga sebuah saham naik tajam hingga mencapai titik tertentu yang telah ditentukan oleh BEI.

Sama halnya dengan ARB saham, jika kamu memasukkan harga di atas harga ARA ini, maka otomatis order beli kamu akan ditolak oleh sistem.

Adapun batas harga ARA per 4 September 2023 adalah:

  1. Kelompok saham harga Rp50 sampai Rp200 maka ARA-nya adalah jika harga saham tersebut naik hingga 35%. Misalnya, harga sebuah saham pada fase pembukaan adalah Rp200. Saham tersebut akan terkena ARA apabila harganya naik hingga Rp70 dalam satu hari.
  2. Kelompok saham harga di atas Rp200 sampai Rp5.000 maka ARA-nya sebesar 25%. Misalnya, harga sebuah saham awalnya Rp 4.000 per lembar, maka saham ini akan terkena ARA jika dalam 1 hari naik hingga Rp1.000.
  3. Kelompok saham harga di atas Rp5.000 juga memiliki ARA 20%. Katakanlah kamu membeli saham seharga Rp10.000 per lembar, maka saham tersebut akan terkena ARA jika naik lebih dari Rp2.000.

Baca juga: Jenis Saham & Contohnya yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Investasi

Penyebab Saham Terkena ARA dan ARB

Penyebab Saham Terkena ARA dan ARB

Kenapa saham bisa ARB dan ARA? Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti:

  1. Saham baru IPO. Tidak jarang ketika sebuah saham baru IPO, banyak trader yang sebelumnya telah mendapatkan saham ini ketika masa bookbuilding langsung menjual kepemilikannya. Akibatnya, harga saham tersebut langsung anjlok dan terkena ARB. Sebaliknya jika saham tersebut adalah saham perusahaan yang dinanti-natikan, maka begitu listing di BEI, peminatnya langsung banyak. Akibatnya, harga saham tersebut naik tajam hingga mencapai titik ARA.
  2. Sentimen kuat terhadap perusahaan atau industri. Ketika ada sentimen kuat terhadap perusahaan penerbit saham terkait atau industri terkait, misalnya seorang investor terkenal baru saja membeli saham tersebut, atau ada kenaikan laba signifikan, adanya corporate action seperti dividen dan stock split maka tidak menutup kemungkinan investor akan berbondong-bondong membeli saham tersebut sehingga terkena ARA atau berbondong-bondong menjualnya sehingga saham tersebut terkena ARB.

Baca juga: Cara Investasi Saham untuk Pemula yang Mudah & Tepat

Manfaat ARB dan ARA pada Saham untuk Investor

Manfaat ARB dan ARA pada Saham untuk Investor

Beberapa manfaat ARB dan ARB diantaranya salah satunya adalah menghindarkan investor dari saham gorengan biasanya merupakan saham dengan kenaikan harga yang sangat tajam dalam satu periode waktu. Berbeda dengan saham yang memiliki fundamental baik, saham gorengan bisa jadi dikendalikan oleh oknum-oknum investor dan trader tertentu demi keuntungan mereka sendiri.

Dengan adanya mekanisme ARA, kenaikan saham dalam satu hari pasar dapat dibatasi, sehingga investor ritel yang memiliki sifat FOMO dapat berpikir kembali mengenai kualitas saham tersebut.

Selain itu manfaat dari ARB dan ARA juga melindungi investor dari volatilitas harga saham.

Lebih lanjut lagi, perdagangan sebuah saham bisa terkena pemberhentian sementara (suspensi) dengan periode yang lebih lama apabila saham tersebut terus terkena ARA dan ARB dalam periode yang berdekatan. Hal ini karena dengan terkena ARA dan ARB secara terus menerus, BEI bisa mengindikasi adanya unusual market activity (UMA).

Dengan menggunakan aplikasi saham yang lengkap seperti Alpha, kamu bisa memantau harga saham dari kolom bid dan offer secara real time. Sehingga dapat segera mengetahui kapan saham tersebut akan terkena ARA dan ARB

Baca juga: Contoh & Cara Analisis Fundamental Saham

Aplikasi Alpha Investasi

Scroll to Top