Pada kebanyakan aplikasi trading saham, perubahan harga pasar ditampilkan dalam bentuk bagan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan investor atau trader untuk menganalisis pergerakan harga. Mengingat bahwasanya pergerakan harga saham sangat fluktuatif. Salah satu jenis bagan yang banyak digunakan di dunia saham adalah candlestick. Karenanya, kemampuan membaca candlestick merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh investor maupun trader saham. Alpha investasi telah merangkum beberapa cara membaca candlestick saham beserta dengan pengertiannya berikut ini. Yuk, simak bersama!
Apa Itu Candlestick Chart?
Candlestick adalah grafik harga berbentuk mirip lilin yang memiliki sumbu di atas dan di bawahnya. Struktur grafik ini terdiri dari dua, yaitu badan atau batang dan sumbu atau ekor. Ukuran batang dan ekor ini bervariasi tergantung dengan kondisi pergerakan harga yang sedang berlaku di pasar.
Candlestick pertama kali digunakan di Jepang pada abad ke-17 untuk perdagangan beras. Grafik ini lantas dibawa ke dunia investasi dan trading secara umum oleh Steve Nison dalam bukunya yang terbit pada tahun 1991 berjudul Japanese Candlestick Charting Techniques. Grafik ini dianggap sangat bermanfaat untuk investasi dan trading karena satu pasang batang dan ekor grafik ini tidak hanya akan menampilkan rata-rata harga, tetapi juga harga pembukaan dan penutupan, harga tertinggi dan terendah, serta menggambarkan tekanan perdagangan.
Selain itu, gabungan dari dua atau lebih candlestick dapat membentuk pola-pola tertentu yang dapat mengindikasikan pergerakan harga pasar selanjutnya. Pola-pola tersebut, seperti inside bar, three black crows, dan lain sebagainya. Pola-pola ini sangat bermanfaat untuk naked chart trading. Karena tingginya manfaat ini, candlestick juga banyak digunakan untuk trading instrumen lain, seperti cryptocurrency maupun forex.
Baca juga: Cara Investasi Saham untuk Pemula yang Baik dan Benar
Cara Membaca Candlestick Saham
Cara untuk membaca candlestick saham, kamu harus tahu terlebih dahulu 4 hal, yaitu:
- Badan candle terdiri dari harga pembukaan dan penutupan.
- Ekor candle menggambarkan harga terendah dan tertinggi. Ekor candle yang pendek mengindikasikan jika harga yang ditransaksikan dalam pasar tidak jauh dari harga pembukaan maupun penutupan. Ekor candle yang panjang sebelah mengindikasikan kalau salah satu pihak (penjual atau pembeli) ingin mengerek harga sesuai keinginan mereka, tapi pihak lain tidak setuju.
- Candlestick memiliki 2 warna, yaitu hijau atau merah untuk menggambarkan harga penutupan lebih tinggi dibandingkan dengan pembukaan, dan warna merah atau hitam menunjukkan sebaliknya.
Semakin panjang candle, menunjukkan semakin kuatnya tekanan jual atau beli. Misalnya, kamu mendapati candle hijau panjang. Maka, dapat diartikan kalau saat itu tekanan beli (buying pressure) relatif kuat, begitu pula sebaliknya. Hal ini juga mengindikasikan kalau semakin tipis badan candle, maka semakin seimbang pula tekanan antara penjual maupun pembeli.
Baca juga: Apa Itu ARB & ARA dalam Saham? Simak Arti juga Perbedaannya
Pola Candlestick yang Sering Ditemui
Diantara sekian banyak pola candlestick yang bisa kamu temui saat menganalisis pergerakan harga saham, berikut ini beberapa pola candlestick yang paling sering ditemui:
1. Evening Star Candlestick
Candlestick pola evening star adalah salah satu pola candle yang menunjukkan adanya potensi harga saham berbalik arah jadi turun. Pola ini terdiri dari 3 candle, yaitu candle A, B, dan C.
Candle A berwarna hijau dengan badan agak memanjang, sementara B berwarna hijau tapi ukurannya jauh lebih kecil (tipis) dibandingkan dengan A. Adapun C adalah candle berwarna merah memanjang. Interpretasinya adalah pada periode perdagangan yang sedang berlangsung, pembeli berduyun-duyun membeli saham terkait, sehingga mendorong harga saham tersebut terus naik hingga membentuk candle (A). Biasanya setelah naik terlalu tinggi, minat pembeli pun berkurang. sehingga harga akan turun dan membentuk candle (B). Akibatnya, tekanan jual mengambil alih (candle C). Ketika pola ini muncul biasanya penurunan akan berlanjut.
2. Three White Soldier
Three white soldier adalah pola candle yang menunjukkan adanya potensi bullish reversal yang kuat. Sesuai dengan namanya, pola ini terdiri dari 3 candle, yaitu candle A, B, dan C yang semuanya berwarna hijau.
Gabungan dari tiga candle tersebut disebut dengan three white soldier, apabila harga pembukaan A lebih kecil dari harga pembukaan B yang lebih kecil harga pembukaan C dan harga penutupan A lebih besar dari harga penutupan B yang lebih besar dari harga penutupan C.
Interpretasinya adalah, pada periode perdagangan terkait, tekanan beli sangat kuat sehingga tidak hanya mengerek harga naik dalam 1 sesi perdagangan saja, tetapi dalam 3 sesi sekaligus.
3. Candlestick Doji
Pola candle yang sering muncul ketiga adalah candlestick doji. Pola ini terdiri dari 1 candle. Berbeda dengan dua pola di atas, pola ini menunjukkan adanya keseimbangan antara tekanan jual dan tekanan beli (selling dan buying pressure). Akibatnya, candle yang muncul berbadan tipis dan ekor yang bisa jadi panjang maupun pendek.
Adanya pola doji menunjukkan bahwa pasar saham terkait sedang melalui fase konsolidasi (sideways), yaitu fase dimana kekuatan pembeli dan penjual sama-sama kuat, sehingga tidak ada trend baru yang terbentuk. Pola ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan ukuran ekornya.
Jenis-Jenis Grafik dalam Saham
Setelah mengetahui cara membaca candlestick chart, ada baiknya mengetahui jenis-jenis grafik lain yang sering dipakai dalam aplikasi trading saham.
1. Line Chart
Line chart adalah grafik saham dalam bentuk garis seperti garis trend pada umumnya. Hanya saja, garis ini menghubungkan antara harga saham pada saat sesi penutupan pada periode tertentu dengan harga saham pada sesi penutupan pada periode selanjutnya. Meskipun informasi yang diperoleh tidak selengkap candlestick, namun grafik ini mudah dibaca oleh pemula.
2. Bar Chart
Bar chart adalah grafik yang berbentuk mirip dengan tiang dengan beberapa cabang di bagian tertentu. Grafik ini sudah mencakup harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi maupun harga terendah. Hanya saja, kelemahan dari grafik ini adalah relatif susah dibaca dan kurang nyaman dilihat.
3. Column Chart
Beberapa aplikasi trading kini menyediakan fitur grafik bernama column chart. Column chart berbentuk mirip dengan grafik batang yang biasa kamu lihat di excel atau di platform lainnya. Dalam trading dan investasi saham, indikator ini juga banyak digunakan untuk memetakan pergerakan harga. Hanya saja kekurangannya adalah bentuk dan nilai puncak grafik ini sangat tergantung dengan sumber harga yang kamu pilih.
Misalnya, kamu memilih harga penutupan, maka puncak batang grafik ini akan menampilkan harga penutupan yang bisa jadi nilainya akan berbeda jika kamu menampilkan harga pembukaan atau rata-rata. Meskipun sangat bermanfaat dalam menggambarkan pola pergerakan harga saham maupun instrumen investasi lainnya, namun candlestick tidak bisa berdiri sendiri.
Semua analisis saham sifatnya untuk memperkirakan dari kecenderungan yang ada, bukan untuk memastikan arahnya kemana. Namun, meskipun tidak pasti, berinvestasi tetap perlu analisis beberapa diantaranya seperti Analisis Fundamental Saham dan Analisis Teknikal Saham. Alpha Investasi sebagai solusi aplikasi investasi saham selalu memberikan informasi terbaru dan menarik seputar finansial dan saham.
Baca juga: Cara Beli Saham Beserta Tips yang Perlu Kamu Ketahui, Ternyata Mudah Banget!