Seperti bisnis pada umumnya, investasi saham tidak selalu mendatangkan keuntungan. Ada kalanya investor instrumen ini dituntut untuk menjual asetnya ketika harga aset tersebut lebih rendah dibandingkan dengan harga belinya. Tindakan investor seperti ini disebut dengan cut loss.
Meskipun identik dengan kerugian, namun arti cut loss tidak selalu buruk. Mengapa demikian? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini:
Apa Itu Cut Loss?
Cut loss adalah tindakan seorang investor menjual aset atau saham miliknya ketika harga aset tersebut lebih rendah dibandingkan dengan harga belinya. Misalnya, kamu membeli saham A dengan harga Rp1.000 per lembar, lalu tak lama kemudian kamu terpaksa menjual saham ini dengan harga Rp950 per lembar. Maka, tindakan kamu ini disebut dengan cut loss.
Manfaat utama dari cut loss adalah untuk mencegah penurunan harga saham lebih lanjut dan investor tidak memiliki saham yang “nyangkut”. Namun demikian, langkah cut loss yang diambil terlalu terburu-buru juga berisiko, yaitu risiko hilangnya peluang investor atau trader untuk mendapatkan saham lebih banyak dengan harga lebih rendah, khususnya jika saham tersebut akan mengalami rebound (harga berbalik naik lagi) di masa depan.
Oleh sebab itu, investor atau trader harus menuliskan kapan harus cut loss dan strateginya dalam trading plan yang mereka buat sebelumnya. Tujuannya adalah agar momen tersebut terjadi, para investor atau trader bisa mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan pertimbangan yang matang.
Baca juga: Apa Itu Investasi Saham? dan Bagaimana Keuntungannya?
Risiko Tidak Melakukan Cut loss
Sistem cut loss adalah melindungi investor maupun trader dari kerugian lebih lanjut. Umumnya, cut loss diambil ketika harga sebuah saham sedang mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Ini artinya dengan mengambil tindakan ini, investor melindungi dirinya supaya tidak kehilangan lebih banyak modal investasi lagi.
Pada titik tertentu, saham yang harganya turun tajam ini akan menjadi saham nyangkut, yaitu saham yang harganya sudah amat sangat rendah dibandingkan dengan harga belinya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan saham tersebut akan delisting dari bursa apabila BEI dan OJK menemukan kejanggalan dalam praktik jual belinya maupun ada masalah pada keuangannya.
Baca juga: 3 Tipe Investor: Konservatif, Moderat & Agresif, yang Manakah Kamu?
Strategi Melakukan Cut loss
Beberapa laman berita keuangan nasional saat ini sudah menyediakan berita hasil analisis saham sederhana mengenai kapan harus take profit dan cut loss pada saham-saham tertentu. Namun, kamu tentu tidak bisa hanya berdasar pada informasi di laman berita ini, sebab selain tidak mencakup semua saham, setiap orang tentu memiliki profil risiko masing-masing.
Maka dari itu, sebaiknya kamu tetap melakukan analisis sendiri sambil tetap membaca berita-berita di atas. Dalam hal menentukan kapan harus cut loss, berikut ini beberapa hal yang patut kamu pertimbangkan dalam analisis tersebut:
1. Harga Saham Terus Menurun
Hal yang pertama kali harus kamu pertimbangkan dalam melakukan cut loss adalah adanya penurunan harga saham dalam jangka waktu yang menurut kamu cukup panjang (strong bearish trend). Hal ini terkecuali apabila kamu merupakan short seller (penjual kosong).
2. Penurunan Harga Saham Menembus Garis Support
Garis support adalah garis yang menghubungkan titik-titik harga terendah sebuah saham dalam satu periode waktu tertentu. Selain bisa digambar dengan menggunakan garis trend biasa, kamu juga bisa menggambarnya dengan indikator teknis, seperti fibonacci retracement atau trailing stop loss supaya bisa lebih responsif terhadap perubahan harga.
3. Menggunakan Risk and Reward Ratio
Salah satu cara termudah untuk menentukan kapan harus cut loss adalah dengan menentukan risk and reward ratio berdasarkan dengan harga beli saham tersebut. Misalnya, kamu mematok rasio reward 10% dan rasio risk 5%, sementara harga saham yang kamu beli adalah Rp1.000 per lembar. Ini artinya, kamu harus memasang take profit pada level harga Rp1.100 per lembar (10% dari 1.000) dan memasang cut loss pada level Rp950 per lembar.
4. Memperhatikan Indikator Chart
Selain indikator teknis seperti fibonacci retracement, seorang investor dan trader saham juga harus memperhatikan gambar chart harga sebelum melakukan cut loss. Sebab, chart harga ini seringkali menunjukkan adanya sinyal-sinyal perubahan harga, seperti rebound, penurunan yang tajam atau ketidakpastian dalam pasar.
Indikator chart seringkali juga membentuk pola-pola gambar tertentu. Beberapa pola gambar dapat kamu pakai untuk menjadi salah satu indikator dalam menentukan titik cut loss maupun take profit. Contohnya adalah pola triangle untuk para short seller.
5. Adanya Perubahan pada Faktor Fundamental
Jika kamu adalah investor jangka panjang, maka cut loss juga bisa kamu ambil ketika kamu merasa adanya perubahan pada aspek fundamental perusahaan. Misalnya, pergantian pimpinan kepada orang yang menurut kamu tidak mampu mengurus perusahaan, atau adanya laporan keuangan yang melibatkan perusahaan tersebut.
6. Adanya Saham Lain yang Menjadi Penyeimbang
Salah satu cara utama dalam mitigasi risiko investasi adalah dengan tidak berinvestasi pada satu instrumen saja. Hal ini bertujuan supaya ketika ada satu instrumen yang harganya menurun, investor masih memiliki instrumen lain yang menghasilkan keuntungan.
Sama seperti halnya dengan cut loss. Ketika ingin menjual rugi saham sebuah perusahaan, kamu juga harus menengok saham lainnya dalam portofolio kamu dan melihat apakah ada saham lain yang memiliki nilai keuntungan yang sama atau bahkan lebih besar dari kerugian yang kamu tanggung. Tujuannya adalah agar kamu tidak perlu ragu-ragu untuk melakukan cut loss.
Hal lain yang perlu kamu perhatikan saat melakukan cut loss adalah jenis order atau pesanan yang kamu masukkan ke dalam sistem. Terdapat dua jenis order yang perlu kamu ketahui, yaitu market order dan limit order.
Dengan market order, saham yang kamu jual akan dijual dengan harga saham tersebut di pasar. Kelebihannya adalah proses eksekusi yang cenderung cepat, sehingga kamu tidak perlu menentukan harga jual saham tersebut lagi dan tidak perlu khawatir kalau harganya akan semakin turun. Namun biasanya, market order dikenakan biaya transaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan limit order.
Sebaliknya, dalam limit order, kamu bisa menentukan harga jual sesuai keinginan dengan biaya transaksi yang lebih rendah. Akan tetapi, eksekusi transaksi menggunakan order ini cenderung lambat, sebab sistem harus menyesuaikan harga dari kamu dan dari pembeli terlebih dahulu.
Dalam investasi saham, investor dan trader tidak hanya dituntut untuk mengejar keuntungan, tetapi juga berdamai dengan kerugian. Cut loss adalah salah satu cara penting dalam berdamai dengan kerugian investasi ini. Tentukan titik ini dengan hati-hati, supaya saham kamu tidak nyangkut atau kamu melewatkan kesempatan emas.
Baca juga: Contoh & Cara Analisis Fundamental Saham yang Tepat