Alpha Investasi | Aplikasi Investasi Saham Terbaik untuk Pemula

Logo Alpha Investasi

4 Daftar Saham Rokok Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Daftar Saham Rokok Yang Terdaftar di BEI

Saham rokok menjadi salah satu pilihan favorit di Bursa Efek Indonesia (BEI), meskipun sempat mengalami tekanan karena kenaikan cukai. Namun, saham-saham ini tetap menarik bagi investor yang mencari diversifikasi portofolio di sektor consumer non-cyclicals. Berikut daftar saham rokok terbaik yang bisa menjadi referensi bagi investor yang tertarik pada sektor ini.

Sektor Saham Rokok dan Prospeknya

Saham rokok di Indonesia masuk dalam sub-sektor Tembakau di sektor consumer non-cyclicals. Meskipun kenaikan tarif cukai rokok sempat memengaruhi performa emiten, beberapa perusahaan berhasil mempertahankan daya saingnya. Dalam beberapa tahun terakhir, saham rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) terus menarik perhatian investor meskipun industri ini menghadapi tantangan dari regulasi dan perubahan kebijakan cukai.

Tidak hanya di pasar domestik, beberapa emiten juga menjajaki ekspor ke pasar luar negeri. Selain itu, keputusan pemerintah terkait cukai tembakau kerap menjadi faktor utama yang memengaruhi performa saham rokok. Prospek industri rokok di Indonesia tetap potensial, terutama bagi investor yang mencari emiten dengan dividen stabil.

Profil Saham Rokok Di Bursa Efek Indonesia

1. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, yang didirikan pada tahun 1913 oleh Keluarga Sampoerna di Surabaya, merupakan salah satu perusahaan terkemuka di industri rokok Indonesia. Merek pertama yang diluncurkan adalah Dji Sam Soe, dan saat ini perusahaan ini juga memproduksi berbagai merek lainnya, seperti A Mild, Sampoerna Hijau, dan U Mild. Pada Mei 2015, Sampoerna menjadi anak perusahaan PT Phillip Morris Indonesia, yang merupakan bagian dari Phillip Morris International Inc. Dengan enam pabrik yang berlokasi di Pasuruan, Karawang, Surabaya, Malang, dan Probolinggo, Sampoerna terus mendistribusikan produk ikonik seperti Marlboro di Indonesia. Pada tahun buku 2023, perusahaan ini mencatat dividen per lembar sebesar IDR 69,30, dengan tanggal pembayaran yang dijadwalkan pada 17 Mei 2024. Pada kuartal kedua tahun 2024, Sampoerna melaporkan penghasilan sebesar IDR 28.709.817 juta dan keuntungan bersih sebesar IDR 1.069.684 juta. Saham HMSP memiliki kapitalisasi pasar IDR 86.656.913 juta dan dipegang oleh PT Philip Morris Indonesia sebesar 92,44%, sementara publik menguasai sisa 7,56% saham.

2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

PT Gudang Garam Tbk adalah perusahaan rokok yang didirikan pada tahun 1958 di Kediri, Jawa Timur. Awalnya, Gudang Garam beroperasi sebagai industri rumah tangga yang memproduksi dua jenis rokok kretek, namun seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang pesat. Gudang Garam resmi menjadi perseroan terbatas pada tahun 1971 dan melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) pada 27 Agustus 1990. Saat ini, perusahaan ini memiliki variasi produk rokok yang luas dan telah memperluas area produksinya. Pada tahun buku 2022, GGRM membagikan dividen per lembar sebesar IDR 1.200,00, dengan tanggal pembayaran pada 18 Juli 2023. Untuk kuartal kedua tahun 2024, perusahaan mencatat penghasilan sebesar IDR 23.753.646 juta dan keuntungan bersih sebesar IDR 329.942 juta. GGRM memiliki kapitalisasi pasar sebesar IDR 30.593.031 juta, dengan struktur pemegang saham yang terdiri dari PT Suryaduta Investama sebesar 69,29%, PT Suryamitra Kusuma 6,26%, dan publik sebesar 23,78%, di mana masing-masing di bawah 5%.

3. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM)

PT Wismilak Inti Makmur Tbk yang dikenal dengan merek Wismilak, adalah perusahaan tembakau Indonesia yang didirikan pada tahun 1962 di Surabaya. Sebagai perusahaan induk dari PT Gelora Djaja dan PT Gawih Jaya, Wismilak mengelola empat fasilitas produksi, empat pusat logistik regional, 22 area distribusi, dua titik stok, serta 26 agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan ini memproduksi berbagai merek rokok terkenal, termasuk Wismilak Spesial, Wismilak Slim, Galan, Diplomat, Diplomat Mild, Evo, dan Wismilak Premium Cigars. Dalam laporan keuangan untuk kuartal kedua tahun 2024, Wismilak mencatat penghasilan sebesar IDR 1.163.160 juta dan keuntungan bersih sebesar IDR 56.669 juta. Pada tahun buku 2023, dividen per lembar yang dibagikan adalah IDR 107,10, dengan pembayaran yang dijadwalkan pada 27 Juni 2024. Saham WIIM memiliki kapitalisasi pasar sebesar IDR 2.034.255 juta, dengan struktur pemegang saham yang terdiri dari Indahtati Widjajadi sebesar 25,48%, Ronald Walla dan Stephen Walla masing-masing sebesar 15,18%, serta Sugito Winarko sebesar 7,30%, sementara publik menguasai sisa 35,71%.

4. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC)

PT Indonesian Tobacco Tbk adalah produsen tembakau yang mengkhususkan diri dalam tembakau iris, atau tembakau gulung sendiri, yang berawal sebagai industri rumah tangga pada tahun 1960-an. Pada tahun 1981, perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial dan memindahkan fasilitasnya ke Malang, dengan kapasitas produksi mencapai 1.800 ton per tahun. ITIC tidak hanya menargetkan pasar domestik di kawasan timur Indonesia, tetapi juga melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Aruba. Beberapa merek yang diproduksi termasuk Pohon Sagu, Anggur Kupu, dan Lampion Lilin. Dalam laporan keuangan untuk kuartal kedua tahun 2024, ITIC mencatat penghasilan sebesar IDR 79.814 juta dan keuntungan bersih sebesar IDR 2.949 juta. Perusahaan ini membagikan dividen per lembar sebesar IDR 5,00 untuk tahun buku 2023, dengan tanggal pembayaran yang dijadwalkan pada 26 Juni 2024. Saham ITIC memiliki kapitalisasi pasar sebesar IDR 250.232 juta, dengan struktur pemegang saham yang didominasi oleh Djonny Saksono sebesar 66,25%, diikuti oleh PT Anugerah Investindo Nusantara sebesar 7,02%, dan publik sebesar 26,73%.

Investasi Saham Rokok

Investasi pada saham rokok di Indonesia menawarkan peluang yang cukup menarik, terutama bagi investor yang mencari saham defensif di sektor non-cyclicals. Kinerja emiten rokok dipengaruhi oleh regulasi, tarif cukai, serta tren konsumsi rokok di Indonesia. Bagi yang tertarik, mempelajari profil perusahaan dan memahami dinamika sektor ini adalah langkah penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Kunjungi AlphaInvestasi untuk membaca artikel lengkap seputar saham rokok dan peluang investasi lainnya. Untuk pengalaman investasi yang lebih mudah dan menyenangkan, gunakan aplikasi AlphaTrade yang menawarkan fee broker rendah, yaitu hanya 0,1% untuk pembelian dan 0,2% untuk penjualan. Dengan biaya yang terjangkau, Anda dapat mengoptimalkan potensi keuntungan dari investasi tanpa terbebani oleh biaya tinggi. Segera daftar dan mulailah perjalanan investasi Anda bersama AlphaInvestasi.

Scroll to Top