Saham Tekstil merupakan salah satu sektor yang mencerminkan industri manufaktur pakaian dan kain di Indonesia. Meski sektor ini menawarkan peluang besar bagi investor, tantangan yang dihadapinya tidak sedikit, seperti likuiditas rendah dan ekuitas negatif. Namun, bagi investor yang cermat, saham-saham di sektor ini bisa menjadi peluang jangka panjang yang menjanjikan.
Mengapa saham tekstil mengalami kondisi yang sulit di Indonesia saat ini? Bagaimana peluang investasi di sektor ini?
Simak penjelasan lengkap berikut untuk memahami lebih jauh tentang dinamika saham tekstil di Indonesia.
Sektor Saham Tekstil Indonesia dan Prospeknya
Sektor saham tekstil di Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang tidak begitu baik. Beberapa faktor yang menjadi penyebab adalah tekanan global, peningkatan biaya produksi, hingga ketidakmampuan beberapa perusahaan memenuhi persyaratan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut laporan CNBC Indonesia, hampir setengah dari emiten tekstil yang terdaftar di BEI masuk dalam papan pemantauan khusus. Ini terjadi karena beberapa perusahaan mengalami ekuitas negatif atau memiliki likuiditas rendah.
Selain itu, banyak perusahaan tekstil yang mengalami tekanan akibat nilai transaksi yang rendah dan gagal memenuhi persyaratan free float yang ditetapkan oleh BEI. Kondisi ini diperparah dengan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan besar, yang semakin memperlihatkan tantangan yang dihadapi sektor ini di pasar saham. Meskipun demikian, sektor tekstil tetap menarik sebagai pilihan investasi, terutama bagi investor yang berani mengambil risiko dalam investasi jangka panjang.
Daftar Saham Tekstil Indonesia Di BEI
Di bawah ini adalah beberapa perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menawarkan berbagai produk tekstil berkualitas dan memiliki peran penting dalam industri tekstil nasional:
1. PT Argo Pantes Tbk (ARGO)
Berdiri pada tahun 1997, PT Argo Pantes Tbk (ARGO) fokus pada produksi tekstil berbahan kapas, poliester, dan campuran kapas. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1991, perusahaan ini menjadi salah satu produsen utama benang dan kain di Indonesia. Pada kuartal kedua 2024, ARGO mencatat pendapatan sebesar 25,8 miliar IDR dengan laba bersih mencapai 1,86 miliar IDR, mencerminkan kinerja yang stabil di pasar.
2. PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR)
PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), yang berdiri pada tahun 1976, beroperasi di Purwakarta dan fokus pada produksi benang, serat poliester, dan kain filamen. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1990, INDR mengekspor produknya ke berbagai negara. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan INDR tercatat 193,83 juta USD, meski mengalami kerugian bersih sebesar 2,08 juta USD akibat beban pokok yang tinggi.
3. PT Trisula International Tbk (TRIS)
PT Trisula International Tbk (TRIS) adalah perusahaan induk yang bergerak di bidang tekstil dan garmen, dikenal dengan penyediaan seragam perusahaan. Perusahaan ini berdiri di Bandung pada 1968, TRIS menjadi bagian dari Trisula Group dan memiliki berbagai anak perusahaan. Pada kuartal kedua 2024, TRIS melaporkan pendapatan sebesar 351,99 miliar IDR dan laba bersih 6,65 miliar IDR, serta rencana pembagian dividen interim pada akhir Oktober.
4. PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL)
Sebagai bagian dari Grup Trisula Corporation, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) memproduksi benang dan kain pakaian formal berbasis serat poliester. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2017, BELL mencatatkan pendapatan 145,87 miliar IDR dan laba bersih 2,22 miliar IDR pada kuartal kedua 2024. Perusahaan menargetkan pertumbuhan 15% pada akhir tahun melalui peningkatan penjualan di pasar domestik.
5. PT Golden Flower Tbk (POLU)
Berdiri pada tahun 1980, PT Golden Flower Tbk (POLU) merupakan perusahaan manufaktur garmen yang fokus pada produksi pakaian kasual dan tenunan ringan. Setelah IPO pada 2019, POLU melayani klien global ternama seperti JCrew dan Calvin Klein. Pada kuartal kedua 2024, POLU mencatat pendapatan 36,69 miliar IDR dengan laba bersih 2,04 miliar IDR, beroperasi dengan kapasitas produksi 8,5 juta potong per tahun.
6. PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX)
PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX), yang berdiri pada 1987, awalnya fokus pada industri tekstil. Setelah bertransformasi menjadi holding company pada 2006, MYTX mengembangkan anak usaha di bidang produksi tekstil. Pada kuartal kedua 2024, MYTX mencatat pendapatan 342,54 miliar IDR dengan laba bersih 135,71 miliar IDR, menunjukkan kinerja positif yang mencerminkan manajemen investasi yang efektif.
7. PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE)
Perusahaan ini berdiri para tahun 2001, di Padang Sumatera Barat. PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) memproduksi perlengkapan tidur dan dekorasi rumah dengan merek Soraya. Setelah resmi beroperasi pada 2015, perusahaan ini telah meluncurkan produk seperti sprei dan bed cover. Pada kuartal kedua 2024, SPRE melaporkan pendapatan 24,89 miliar IDR dan laba bersih 1,20 miliar IDR. Perusahaan ini IPO sejak Juli 2024.
8. PT Sunson Textile Producers Tbk (SSTM)
Berdiri pada 1972, PT Sunson Textile Producers Tbk (SSTM) berfokus pada pembuatan dan penjualan benang, kain, dan produk tekstil lainnya. Mulai beroperasi secara komersial pada tahun berikutnya, SSTM mencatatkan pendapatan sebesar 45,52 miliar IDR dan laba bersih 3,52 miliar IDR pada kuartal kedua 2024. Produk SSTM dipasarkan di pasar domestik dan internasional, mencerminkan kualitas dan inovasi dalam produksi.
9. PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV)
PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) berdiri pada 2001 dan fokus pada teknologi bersih dengan spesialisasi dalam daur ulang botol PET dan sampah plastik. Pada kuartal kedua 2024, INOV mencatat pendapatan 154,97 miliar IDR namun mengalami kerugian bersih 11,94 miliar IDR. Perusahaan ini memiliki lima pabrik dan berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas daur ulang sambil mengembangkan lini bisnis baru.
10. PT Eratex Djaja Tbk (ERTX)
PT Eratex Djaja Tbk (ERTX), yang berdiri sejak 1974, berfokus pada manufaktur pakaian jadi setelah beralih dari produksi benang dan kain. Perusahaan ini IPO pada tahun 1990 dan sejak 2008, ERTX hanya memproduksi pakaian jadi. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan tercatat sebesar 23,22 juta USD dengan kerugian bersih 224.652 USD, meskipun perusahaan membagikan dividen final untuk tahun buku 2022.
11. PT Ever Shine Textile Tbk (ESTI)
PT Ever Shine Textile Tbk (ESTI) berdiri pada tahun 1974 dengan fokus pada produksi Poliamida 6 untuk benang dan kain sintetis. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 1992, ESTI beroperasi di berbagai sektor, termasuk pakaian dan otomotif. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan ESTI mencapai 5,67 juta USD dengan laba bersih 187.475 USD, meskipun rencana pembagian dividen ditunda akibat defisit laba ditahan.
12. PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY)
PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), yang berdiri pada tahun 1984, berfokus pada produksi chip poliester, serat, dan benang filamen. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 1991. Pada kuartal kedua 2024, POLY mencatat pendapatan sebesar 52,13 juta USD tetapi mengalami kerugian bersih sebesar 2,84 juta USD, mencerminkan tantangan yang dihadapi di pasar global.
13. PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)
PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) adalah produsen pakaian dalam dan pakaian jadi yang terkenal dengan merek GT Man. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1987, RICY terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 1998. Pada kuartal kedua 2024, pendapatan RICY mencapai 207,94 juta IDR dengan kerugian bersih 44,80 juta IDR. Sebagai upaya efisiensi, perusahaan menutup anak usaha PT RT Mahkota Globalindo.
14. PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO)
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO), yang berdiri pada 1973, adalah produsen serat poliester yang memulai produksi komersial pada 1976. Perusahaan ini IPO pada tahun 1990, dan pada kuartal kedua 2024, TFCO mencatat pendapatan 42,1 juta USD dengan kerugian bersih 368.720 USD. Produk utamanya meliputi Benang Filamen Poliester dan Serat Staple Poliester.
15. PT Century Textile Industry Tbk (CNTX)
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1970, PT Century Textile Industry Tbk (CNTX) fokus pada produksi berbagai jenis kain seperti T/C dan Oxford. Terdaftar di bursa pada 1979, CNTX telah mengekspor produknya ke pasar internasional. Pada kuartal kedua 2024, CNTX mengalami pendapatan negatif sebesar 26,67 miliar IDR namun mencatat laba bersih 4,16 miliar IDR. Perusahaan berencana untuk go private setelah mendapat persetujuan pemegang saham.
16. PT Pan Brothers Tbk (PBRX)
PT Pan Brothers Tbk (PBRX), berdiri pada tahun 1980, adalah produsen garmen yang berfokus pada pakaian rajut, tenun, dan jaket. Perusahaan ini IPO pada tahun 1990, dan PBRX kini menembus pasar internasional. Pada kuartal kedua 2024, PBRX mencatatkan pendapatan sebesar 92,25 juta USD dengan laba bersih 124.909 USD, meski mengalami penurunan kinerja. Saat ini, PBRX berada dalam proses PKPU untuk menghadapi tantangan keuangan.
17. PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT)
PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT), berdiri pada tahun 2003, berkontribusi 1% terhadap kebutuhan tekstil nasional. Dengan kapasitas produksi 20.000 ton per tahun, perusahaan ini memproduksi kain dan berbagai produk tekstil untuk pasar domestik dan internasional. Saham SBAT mulai melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 8 April 2020 dan terus berkembang melalui inovasi produk dan efisiensi biaya.
Industri tekstil di Indonesia menawarkan peluang besar bagi para investor yang tertarik pada sektor saham. Dengan memahami perkembangan pasar dan potensi pertumbuhan, kamu dapat membuat keputusan investasi yang tepat di saham tekstil. Tetaplah up-to-date dengan informasi terbaru untuk memaksimalkan keuntungan dari sektor ini.
Baca juga artikel lainnya di Alpha Investasi untuk menambah wawasan kamu!