Alpha Investasi | Aplikasi Investasi Saham Terbaik untuk Pemula

Logo Alpha Investasi

Apa Itu AUM (Asset Under Management) Reksadana & Cara Menghitungnya

AUM adalah

Ketika akan membeli reksadana, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas 2 di antaranya, yaitu NAB dan prospektus. Kali ini, kita akan membahas satu variabel lagi yang juga berpengaruh terhadap nilai NAB reksadana dan patut dipertimbangkan, yaitu asset under management atau AUM.

Apa Itu AUM?

Apa Itu AUM?

Asset under management atau AUM adalah total nilai pasar dari seluruh aset yang dikelola oleh seseorang atau lembaga keuangan tertentu. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini disebut dengan dana kelolaan. Dalam konteks reksadana, lembaga keuangan ini adalah Manajer Investasi.

Namun demikian, istilah ini juga jamak digunakan untuk menggambarkan total aset yang dikelola oleh lembaga lain, seperti perusahaan venture capital atau perusahaan sekuritas. Untuk lebih memahami AUM, sebaiknya kamu ingat bahwasanya tidak seperti saham dan obligasi, reksadana terdiri dari berbagai komponen surat berharga lainnya. Ini artinya, jika kamu membeli satu unit reksadana seharga Rp10.000, uang kamu tersebut sebagian akan dialokasikan untuk saham, obligasi, deposito dan masih banyak lagi.

Akibatnya valuasi instrumen ini tidak dihitung menggunakan nilai surat berharga tersebut satu persatu, melainkan nilai pasar surat berharga tersebut dijumlahkan semuanya menjadi AUM. Nilai AUM dalam sebuah reksadana bisa kamu peroleh di profil masing-masing reksadana. Beberapa aplikasi agen reksadana juga memungkinkan kamu untuk menyortir reksadana yang ditawarkan berdasarkan nilai AUM instrumen tersebut.

Cara Menghitung AUM

Cara Menghitung AUM

Secara sederhana, asset under management atau AUM dapat dihitung dengan cara menambahkan nilai pasar seluruh surat berharga yang menjadi komponen reksadana tersebut.

Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil penghitungan AUM, yaitu:

  1. Jumlah uang yang masuk dan keluar dari dan ke investor. Jika ada penarikan uang besar-besaran dari seorang investor pada sebuah reksadana, maka nilai AUM instrumen tersebut bisa jadi akan berkurang, begitu pula sebaliknya.
  2. Perubahan nilai pasar wajar efek. Naik turunnya harga efek yang menjadi komponen dalam reksadana juga berpengaruh terhadap naik turunnya nilai AUM. Dalam hal ini, nilai pasar wajar efek dihitung secara mandiri oleh Manajer Investasi setiap hari menggunakan panduan dari Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE).
  3. Dividen yang diinvestasikan kembali. Sama seperti investor pada umumnya, Manajer Investasi juga berhak atas dividen atau kupon yang dibagikan oleh emiten. Dividen dan kupon ini bisa dibagikan kepada investor pemilik reksadana, bisa juga tidak. Apabila tidak dibagikan, maka otomatis nilai dividen tersebut akan menambah AUM. Hal ini juga berlaku jika dividen dibagikan kepada investor, namun investor reksadana tersebut memilih untuk menginvestasikannya kembali alih-alih mencairkannya.
  4. Penutupan atau akuisisi. Kebijakan Manajer Investasi di luar masalah keuangan juga bisa mempengaruhi nilai AUM mereka. Misalnya, mereka menutup sebuah reksadana (tidak menerima investor baru), maka nilai AUM berpotensi berkurang. Sama halnya jika Manajer Investasi tersebut mengakuisisi perusahaan keuangan lain atau memiliki pemberitaan baik positif maupun negatif.

Peranan AUM dalam Investasi Reksadana

Peran AUM dalam Reksadana

Asset under management adalah sebuah variabel penting yang ada dalam reksadana.

Hal ini karena AUM memiliki peranan sebagai berikut:

1. AUM Menentukan Besar Kecilnya Biaya Administrasi

Biaya administrasi atau biaya manajemen investasi sebuah reksadana ditentukan dalam bentuk persentase terhadap nilai AUM reksadana tersebut. Misalnya, biaya administrasi sebuah reksadana adalah sebesar 2%, sementara nilai AUM instrumen tersebut adalah Rp500.000.000, maka jumlah biaya administrasi yang diperoleh oleh manajer investasi adalah Rp10.000.000.

Biaya administrasi ini kemudian akan digunakan oleh MI (Manajer Investasi) untuk memutar bisnisnya, mulai dari menggaji karyawan hingga membayar sewa gedung dan lain sebagainya. Informasi mengenai besaran biaya ini dapat kamu peroleh di profil masing-masing reksadana juga.

2. AUM Menjadi Penentu Nilai Aktiva Bersih

Sebagaimana yang telah kamu pelajari sebelumnya, bahwasanya asset under management adalah salah satu komponen untuk menghitung NAB. NAB per unit atau nilai aktiva bersih per unit adalah harga reksadana, sehingga secara tidak langsung besar kecilnya AUM mempengaruhi nilai keuntungan investasi reksadana yang kamu dapatkan.

3. Nilai AUM Menggambarkan Kepercayaan Investor

Dari pembahasan mengenai cara menghitung AUM di atas terlihat bahwasanya jumlah uang dan investor yang membeli sebuah reksadana juga mempengaruhi nilai AUM. Ini artinya, semakin banyak investor yang membeli reksadana tersebut, maka semakin besar pula nilai AUM-nya.

Secara tidak langsung, hal ini juga menyiratkan kepercayaan investor terhadap kemampuan Manajer Investasi terkait dalam mengelola instrumen ini. Sebab, sebagai seorang investor yang baik, tentunya Kamu tidak akan membeli sebuah reksadana yang dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja buruk bukan?

Namun demikian, selain dari nilai AUM ini, kinerja Manajer Investasi juga dapat dilihat dari rekam jejak serta profil orang-orang dibelakangnya. Informasi mengenai hal ini bisa kamu peroleh di prospektus setiap reksadana maupun di website masing-masing perusahaan.

Baca juga: Pengertian Prospektus, Contoh & Fungsinya dalam Reksadana

4. Indikator Likuiditas Sebuah Reksadana

Reksadana juga tidak lepas dari risiko likuiditas. Risiko likuiditas pada reksadana bisa timbul jika investor kesulitan menarik uang investasinya. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.23/POJK.04/2016, AUM minimal sebuah reksadana adalah Rp10 miliar. Ini artinya, sebaiknya kamu menghindari reksadana dengan nilai AUM mendekati Rp10 miliar dan sebaiknya mencari reksadana dengan nilai AUM yang lebih banyak. Semakin besar nilai AUM reksadana, semakin kecil pula kemungkinan instrumen tersebut terkena risiko likuiditas.

Baca juga: Apa Itu Likuiditas? Simak Arti, Rumus & Rasio Likuiditas

Namun demikian, memilih reksadana dengan nilai AUM yang besar juga memiliki risiko tersendiri. Hal ini karena setiap reksadana minimal harus berisi 10 komponen efek. Akibatnya jika reksadana tersebut memiliki AUM yang besar, maka dalam satu kali transaksi efek, manajer investasi bisa menjual banyak surat berharga.

Manajer Investasi adalah investor institusi, sehingga apapun gerak gerik mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi pasar. Misalnya, sebuah reksadana saham memiliki AUM hingga Rp20 miliar. Reksadana tersebut berisi 20 saham yang menjadi konstituen indeks LQ45.

Maka, untuk menjual 1 saham saja, rata-rata Manajer Investasi reksadana tersebut harus mengeluarkan uang sebanyak Rp2 triliun yang mana apabila uang 2 triliun ini langsung digunakan semua tentu akan berpengaruh terhadap harga saham terkait. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya manajer investasi menggunakan alokasi investasinya pelan-pelan.

Baca juga: 6 Cara Investasi untuk Pemula dengan Modal Kecil

Scroll to Top