Selain Lo Kheng Hong, nama investor perorangan lain yang cukup terkemuka di pasar modal Indonesia adalah Prajogo Pangestu. Berbeda dengan LKH yang tidak secara resmi mendirikan suatu perusahaan, Prajogo Pangestu (PP) adalah seorang investor dan juga seorang pebisnis handal. Salah satu perusahaan yang didirikan oleh pria kelahiran Bengkayang pada 13 Mei 1944 ini adalah PT Barito Pacific Tbk (Saham BRPT). Dengan BRPT ini, Pangestu kemudian juga memiliki perusahaan lain yang juga sudah melantai di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Barito Renewables Energy (BREN), PT Chandra Asri Pacific (TPIA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Keempat saham perusahaan yang dimiliki oleh Pangestu ini mengalami kenaikan luar biasa sepanjang tahun 2023. Untuk mengawali pembahasan mengenai hal ini, pada artikel kali ini, penulis akan membahas saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terlebih dahulu.
Profil Saham BRPT
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) adalah perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia dan energi yang didirikan oleh Prajogo Pangestu pada tahun 1979. Namun sebelum masuk ke bidang bisnis yang sekarang ini, perusahaan ini dulu bernama PT Barito Pacific Timber Tbk dan bergerak di bidang industri kayu.
PT Barito Pacific Tbk listing menjadi perusahaan publik di Indonesia pada tahun 1993. Seiring dengan melemahnya bisnis di Industri kayu, pada tahun 2007 dan 2008, perusahaan ini mengakuisisi PT. Chandra Asri Petrochemical dan PT Tri Polyta yang kini digabung menjadi PT Chandra Asri Pacific dan listing di BEI dengan kode saham TPIA.
Selain memproduksi bahan kimia industri dengan PT Chandra Asri Pacific, BRPT juga memiliki bisnis di bidang energi, khususnya di bidang pembangkit listrik tenaga geothermal dan pembangkit listrik tenaga bayu (angin). Tidak hanya itu, BRPT juga memiliki divisi properti yang bertugas untuk membangun gedung perkantoran dan perumahan.
Dilansir dari RTI Business, Prajogo Pangestu memiliki 71,19% saham perusahaan ini dengan kepemilikan sebanyak 66,7 miliar lembar. Adapun publik memiliki 28% lainnya dan sisanya dimiliki oleh jajaran komisaris dan direktur perusahaan. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat, mengingat pada 24 Mei 2024 lalu, BRPT mengumumkan akan memberikan saham bonus kepada investor dengan rasio 625: 1 alias setiap 625 lembar saham yang dimiliki investor, perusahaan akan memberikan bonus 1 lembar.
Analisis Fundamental saham BRPT
Sesuai dengan karakteristik industrinya, selisih antara pendapatan dan laba usaha BRPT terbilang cukup jauh. Pada tahun 2023 misalnya, perusahaan ini menghasilkan pendapatan sebesar US$ 2,76 miliar, sementara laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk “hanya” sebesar US$ 26,2 juta.
Namun demikian, pergerakan pendapatan dan laba BRPT dalam 5 tahun terakhir cenderung fluktuatif. Sebelum pandemi, perusahaan ini sempat membukukan pendapatan dan laba sebesar US$ 2,4 miliar dan US$ 44,13 juta. Pada tahun 2021, pendapatan dan laba ini meningkat menjadi US$ 3,16 miliar dan US$ 109 juta, sebelum kemudian turun kembali pada tahun-tahun setelahnya.
Apabila dilihat dari data per kuartal, kinerja perusahaan ini pada tahun 2023 lalu juga terbilang fluktuatif. Sempat membukukan pendapatan dan laba sebesar US$ 650 juta dan US$ 23 juta pada triwulan pertama tahun 2023, kinerja perusahaan ini justru ditutup dengan kerugian sebesar US$ 9,73 juta.
Tahun 2024 juga tidak dibuka dengan cukup apik oleh perusahaan ini. Pada triwulan pertama tahun ini, pendapatan dan laba perusahaan justru menurun masing-masing sebesar 4,94% dan 62% secara YoY (dibandingkan dengan Maret tahun 2023 lalu). Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa pergerakan harga saham perusahaan ini tidak seiring dengan kinerja bisnisnya.
BRPT juga merupakan perusahaan yang secara konsisten memiliki debt to equity ratio yang tinggi dalam 5 tahun terakhir. Ini artinya, operasional perusahaan ini lebih banyak dibiayai oleh utang dibandingkan oleh ekuitas atau modal perusahaan. Terakhir, perusahaan ini mencatatkan ekuitas sebesar US$ 4,1 miliar, sementara utang sebesar US$ 5,9 miliar dengan dominasi utang jangka panjang sebesar US$ 4,9 miliar dan utang jangka pendek sebesar US$ 1 miliar.
Dengan kondisi keuangan seperti ini, maka tidak heran jika hasil riset dari JP Morgan Sekuritas Indonesia pada Desember 2023 memperkirakan kalau harga saham perusahaan ini akan menurun dalam 6-12 bulan kedepan (teguhhidayat.com). Hal ini ditambah dengan fakta bahwa nilai P/E ratio perusahaan ini mencapai angka 619 yang mana hal ini berarti dengan nilai laba perusahaan ini, harga saham BRPT terbilang sangat mahal.
Kesimpulan
Saham BRPT menunjukkan perkembangan yang luar biasa dalam 1 tahun terakhir ini. Namun perkembangan yang bagus tersebut tidak diiringi dengan peningkatan dan konsistensi kinerja perusahaan, sehingga tidak heran jika ada pihak yang meragukan keberlanjutan bullish trend yang dimiliki oleh perusahaan ini. Gunakan analisis yang Anda lakukan sendiri sebelum membeli instrumen investasi yang satu ini supaya lebih mantab.
Ingin membeli saham milik Prajogo Pangestu yang lainnya? Atau membeli saham milik Lo Kheng Hong? Tidak perlu khawatir! Aplikasi Alpha Investasi siap menemani. Dilengkapi dengan alat analisis yang lengkap, aplikasi Alpha Investasi cocok untuk investor pemula maupun investor kawakan. Segera gunakan aplikasi ini dan dapatkan keuntungannya!