Anda tertarik untuk berinvestasi di industri keuangan Indonesia kedepannya? Maka saham ARTO adalah salah satu saham yang patut untuk Anda pertimbangkan. Mengapa demikian? Simak selengkapnya berikut ini:
Profil Saham ARTO
ARTO adalah saham perbankan di Indonesia yang diterbitkan oleh PT Bank Jago Tbk ketika perusahaan ini masih bernama PT Bank Artos Indonesia Tbk. Sebagaimana perusahaan perbankan pada umumnya, PT Bank Artos Indonesia Tbk adalah perusahaan perbankan konvensional yang menyelenggarakan layanan simpan pinjam biasa.
Didirikan pada tahun 1992 di Bandung, perusahaan ini IPO pada tahun 2016 dan berganti nama menjadi Bank Jago seiring dengan perubahan bisnis perusahaan ini dari perbankan konvensional ke perbankan digital pada tahun 2010.
Sedikit berbeda dengan perbankan konvensional, bank digital adalah perusahaan yang sepenuhnya menyediakan layanan bank secara digital hanya menggunakan aplikasi saja. Di aplikasi tersebut, Anda bisa membuat rekening, meminta pencetakan kartu debit dan debet, hingga mengajukan kredit. Oleh karena itu, perusahaan perbankan digital cenderung memiliki kantor fisik yang minim.
Pada awal pendiriannya, Bank Jago sendiri sempat ramai diperbincangkan publik. Salah satu penyebabnya adalah nama-nama besar dibalik pendirian perusahaan ini, seperti Gojek, Patrick Walujo hingga Jerry Ng yang notabene merupakan orang-orang berpengalaman di industri keuangan. Saat ini, T Metamorfosis Ekosistem Indonesia yang dimiliki oleh Jerry Ng, PT Dompet Karya Anak Bangsa dari Gojek, serta Wealth Track Technology Ltd milik Patrick Walujo masing-masing memiliki 29,8%, 21,4% dan 11,69% saham perusahaan ini, sementara investor publik memiliki 28,02%.
Produk yang disediakan oleh Bank Jago terbilang variatif dan inovatif. Perusahaan ini menyediakan deposito dengan bunga yang lebih tinggi dan tenor lebih fleksibel dibandingkan bank biasa, produk Bank Jago Syariah, serta layanan pendanaan dengan bekerja sama dengan Kredit Pintar.
Tidak hanya itu, Bank Jago juga menyediakan kartu debit dengan logo Visa. Dengan menyediakan fasilitas ini, maka transaksi dengan kartu kredit Jago juga dapat dilakukan di luar negeri.
Analisis Fundamental Saham ARTO
Terlepas dari fluktuasi harga saham tersebut, kinerja bisnis Bank Jago menunjukkan perbaikan dalam satu tahun terakhir. Secara YoY, pendapatan perusahaan ini naik dari 372 miliar rupiah pada Maret 2023 menjadi 417 miliar rupiah pada Maret 2024. Laba perusahaan ini juga mengalami peningkatan dari 17 miliar rupiah pada Maret 2023 menjadi 21,7 miliar rupiah pada Maret 2024.
Pada industri perbankan, total aset yang dikelola oleh bank adalah hal yang sangat penting, sebab hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat untuk menabung di perusahaan tersebut. Dalam kurun 5 tahun terakhir, Jago berhasil meningkatkan jumlah aset kelolaannya hingga lebih dari 4 kali lipat yang sebelumnya di bawah 5 triliun rupiah di tahun 2019 menjadi di atas 22 triliun rupiah pada Maret 2024.
Peningkatan jumlah aset kelolaan ini seiring dengan peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikelola oleh perusahaan ini. DPK perusahaan ini secara stabil naik dari 803 miliar rupiah pada tahun 2020 menjadi 12 triliun rupiah pada akhir tahun 2023. Dana kelolaan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah atau CASA yang terdiri dari giro dan tabungan yang apabila dijumlahkan mencapai lebih dari 7,8 triliun rupiah atau 65,3% dari total pendanaan.
Tidak hanya dana kelolaan, penyaluran kredit Bank Jago juga meningkat cukup tajam. Pada akhir tahun 2022, bank ini berhasil menyalurkan kredit sebesar 7 triliun rupiah. Nilai ini kemudian meningkat hingga 75,96% menjadi Rp12,39 triliun pada akhir tahun 2023. Hal ini seiring dengan peningkatan jumlah nasabah bank ini yang naik dari 5,1 juta nasabah pada tahun 2022 menjadi 8 juta nasabah. Termasuk diantaranya adalah 7,4 juta nasabah peminjam.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah peminjam, nyatanya non-performing loan (NPL) atau utang gagal bayar perusahaan ini tetap terkendali. Nilai NPL Gross perusahaan ini turun dari 1,82% pada tahun 2022 menjadi 0,84% pada tahun 2023, sementara nilai NPL Nett perusahaan ini turun dari 0,55% menjadi 0,05% pada periode yang sama. Baik NPL Nett maupun NPL Gross perusahaan ini berada di bawah rata-rata industri yang berada pada level 2,2%.
Sedikit berbeda dengan bank-bank lainnya, strategi pembiayaan dari Bank Jago cenderung bersifat partnership lending. Ini artinya, bank ini menyalurkan pendanaan dengan bekerja sama dengan lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini, Bank Jago bekerja sama dengan ekosistem GOTO untuk menyalurkan pinjaman dalam bentuk paylater, pinjaman online seperti AdaKami dan Kredit Pintar, serta lembaga kredit lainnya seperti Home Credit dan Atome untuk joint financing dan channeling.
Bank Jago juga terus melakukan inovasi dalam pengembangan bisnisnya, termasuk menyediakan layanan keuangan inovatif dengan bekerja sama dengan mitra. Contohnya, menyediakan layanan GoPay Tabungan untuk mempermudah nasabah menggunakan GoPay sekaligus membuka rekening Bank Jago, tentunya dengan promo khusus. Dengan teknik pemasaran seperti ini, maka tidak heran jika basis pengguna bank ini meningkat cukup tajam.
Namun demikian, perkembangan bisnis perusahaan ini bukan tanpa tantangan kedepannya. The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat, belum berniat untuk menurunkan suku bunga acuan di negeri Paman Sam tersebut. Hal ini bisa berakibat suku bunga acuan di negara berkembang, seperti Indonesia akan tetap tinggi dan mendorong perlambatan pertumbuhan sektor keuangan di negara-negara berkembang tersebut.
Kesimpulan
Kinerja saham Bank Jago memang cukup fluktuatif dalam satu tahun kebelakang ini. Namun demikian, perusahaan keuangan yang merupakan bagian dari ekosistem GOTO ini terus mengalami perbaikan kinerja dalam beberapa tahun terakhir. Jangan tunggu nanti! Segera dapatkan saham Bank Jago sekarang menggunakan aplikasi Alpha Investasi! Tidak hanya mudah digunakan, aplikasi ini juga dilengkapi dengan berbagai fitur yang lengkap dan biaya transaksi yang terjangkau! Segera unduh aplikasi Alpha Investasi di handphone kamu sekarang juga dan dapatkan manfaatnya!