Setidaknya ada dua hal yang harus dipertimbangkan saat memilih sebuah instrumen investasi. Dua hal tersebut adalah imbal hasil atau return atau reward dan risiko atau risk. High risk, high return semua orang tentu ingin membeli instrumen investasi yang memiliki imbal hasil tinggi, namun tidak semua orang bisa tahan terhadap risiko yang bisa timbul akibat instrumen investasi tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengetahui profil risiko diri kamu terlebih dahulu sebelum membeli sebuah instrumen investasi. Dalam dunia investasi setidaknya dikenal 3 tipe investor berdasarkan profil risikonya, yaitu konservatif, moderat dan agresif. Kenali ciri-cirinya berikut ini supaya kamu bisa mendefinisikan tipe investor yang seperti apakah kamu?
Investor Konservatif
Apakah kamu adalah tipe orang yang akan langsung kelabakan jika portofolio investasi kamu merah? Maka, bisa jadi kamu termasuk dalam kategori investor konservatif. Ciri-ciri investor konservatif adalah:
- Lebih mementingkan keamanan modal investasi daripada mencari keuntungan yang tinggi. Kamu tidak masalah jika keuntungan investasi yang didapatkan tidak seberapa, asalkan modal investasi kamu tidak berkurang.
- Lebih mementingkan stabilitas dibandingkan keuntungan dan volatilitas. Kamu tidak masalah jika harga saham yang kamu miliki naik pelan-pelan tapi stabil dibandingkan harga saham tersebut naik tinggi kemudian turun lagi. Maka dari itu, tidak heran jika investor konservatif umumnya mencari instrumen yang memiliki return sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi.
- Investasi untuk kebutuhan jangka menengah hingga panjang. Alih-alih untuk keuntungan jangka sangat pendek seperti halnya trader atau jangka sangat panjang (20 tahun atau lebih), investor konservatif lebih suka berinvestasi untuk kebutuhan-kebutuhan jangka 3-10 tahun yang masih bisa didefinisikan, seperti kebutuhan sekolah anak, biaya pernikahan atau biaya liburan.
Tidak jarang investor jenis ini adalah orang-orang yang baru pertama kali terjun dalam dunia investasi, sehingga masih dalam proses penjajakan dan menyerap pengetahuan. Namun tidak menutup kemungkinan juga investor yang sudah berpengalaman memilih menjadi investor konservatif karena tidak memiliki waktu yang mencukupi untuk melakukan analisis pasar yang memadai.
Baca juga: Perbedaan Trading & Investasi yang Wajib Diketahui
Investor Moderat
Tipe investor berdasarkan profil risiko yang selanjutnya adalah investor moderat. Investor jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki pengetahuan tentang investasi yang lebih matang dibandingkan investor konservatif. Investor moderat sudah mengetahui bahwasanya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, akan ada risiko yang lebih tinggi juga. Namun dengan pengetahuan yang lebih matang, investor tipe ini memilih untuk mengambil risiko dengan tingkat tertentu.
- Lebih tahan terhadap volatilitas harga. Sederhananya, jika tipe konservatif langsung akan menjual sahamnya begitu nilainya turun Rp150 per lembar, maka investor moderat akan tetap mempertahankan saham tersebut selama harga saham tersebut tidak lebih rendah dari harga belinya. Tentunya, hal ini akan dia lakukan setelah melalui pertimbangan yang matang.
- Memiliki rentang waktu investasi yang lebih panjang dibandingkan investor konservatif. Jika tipe konservatif di atas memiliki jangka waktu investasi setidaknya 3 tahun, maka investor moderat memiliki jangka waktu setidaknya 5 tahun. Dalam investasi dan ekonomi, semakin panjang jangka waktu sebuah instrumen investasi, maka semakin besar pula risiko investasi pada instrumen tersebut. Hal ini karena dalam jangka panjang akan semakin banyak ketidakpastian ekonomi yang harus dihadapi oleh investor.
Investor Agresif
Investor agresif adalah tipe investor yang tidak segan-segan mengambil risiko tinggi demi mencapai keuntungan yang tinggi. Umumnya, ciri-ciri tipe investor agresif adalah:
- Berinvestasi dalam jangka sangat pendek atau sangat panjang. Investor tipe ini tidak segan-segan menghadapi risiko ketidakpastian, sehingga berani mengambil instrumen investasi yang baru membuahkan hasil dalam jangka waktu yang sangat panjang (di atas 10 tahun). Mereka juga tidak takut menghadapi risiko volatilitas, sehingga berani mengambil strategi investasi dalam jangka sangat pendek (trading). Adapun yang dimaksud dengan jangka sangat pendek di sini bisa dalam satuan minggu, hari, menit atau bahkan detik.
- Lebih mementingkan keuntungan dibandingkan modal. Investor tipe agresif lebih menyukai instrumen investasi dengan return dengan nilai yang cukup lebih tinggi dibandingkan inflasi.
Investor jenis ini biasanya juga merupakan investor berpengalaman yang memiliki pemahaman mendalam terhadap dunia investasi. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kamu akan menemukan investor pemula yang mengeluarkan banyak modal untuk berinvestasi pada aset berisiko tinggi meskipun pengalaman dan pengetahuannya kurang memadai. Investor agresif yang seperti ini umumnya hanya berinvestasi karena ikut-ikutan saja (FOMO) dan tidak pantas untuk ditiru.
Baca juga: Hindari Investasi Bodong! Pelajari Ciri-Ciri & Daftarnya yang Dirilis OJK
Cara Menentukan Tipe yang Sesuai
Terdapat beberapa hal yang patut kamu pikirkan ketika menentukan profil risiko investasi kamu. Beberapa hal tersebut antara lain:
- Kesiapan menghadapi risiko. Apakah kamu siap jika suatu saat portofolio investasi kamu turun hingga 20%? Atau kamu lebih suka jika nilai portofolio tersebut hanya naik 5% tapi tidak pernah turun sama sekali? Kesiapan menghadapi risiko ini sangat penting, sebab harga instrumen dengan risiko tinggi seperti saham bisa turun tajam tiba-tiba. Kamu akan kehilangan banyak kesempatan jika hanya karena takut harga turun kamu tiba-tiba menjual saham tersebut dan harganya naik lagi (rebound).
- Ketersediaan waktu untuk analisis dan belajar. Meskipun lebih mementingkan keuntungan dibandingkan modal, namun seorang investor agresif lambat laun juga akan mengalami demotivasi jika modalnya habis terus menerus. Oleh sebab itu, menjadi seorang investor agresif juga harus bertanggung jawab. Caranya adalah dengan menyediakan waktu yang cukup untuk menganalisis kondisi teknikal dan fundamental sebuah instrumen investasi. Jika kamu tidak memiliki waktu ini, maka tentu akan lebih aman jika kamu tetap menjadi investor moderat atau konservatif saja.
- Ketersediaan modal. Investasi disarankan menggunakan uang dingin atau uang yang tidak digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu, tidak heran jika investor dengan modal besar cenderung memilih instrumen dengan risiko tinggi, begitupun sebaliknya.
Baca juga: Contoh & Cara Analisis Fundamental Saham
Menentukan Instrumen Investasi yang Sesuai Profil Risiko
Profil risiko adalah hal yang sangat penting untuk menentukan jenis instrumen investasi yang cocok. Sebab, setiap instrumen investasi memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya memiliki risiko yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen lain.
Saham dan reksadana misalnya. Reksadana apapun jenisnya memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan saham karena uang kamu akan dikelola oleh tim ahli di perusahaan manajer investasi dan oleh tim ahli tersebut, secara otomatis uang kamu akan disebar untuk membeli beberapa instrumen sekaligus (diversifikasi).
Di sisi lain, kamu harus mengelola saham yang kamu miliki sendiri dan aset kamu belum tentu terdiversifikasi kecuali jika kamu membeli beberapa saham sekaligus.