Alpha Investasi | Aplikasi Investasi Saham Terbaik untuk Pemula

Logo Alpha Investasi

Price Earning Ratio (PER): Pengertian, Contoh dan Cara Menerapkan

Price Earning Ratio (PER)

Dalam memilih saham sebuah perusahaan akan ada banyak indikator keuangan yang digunakan untuk menganalisis kondisi fundamental perusahaan tersebut. Indikator-indikator keuangan ini memiliki makna dan kegunaan sendiri, sehingga perlu dipahami oleh setiap investor. Salah satu indikator keuangan yang paling banyak digunakan dalam analisis saham adalah Price Earning Ratio atau yang juga disebut dengan P/E Ratio atau PER. Hal ini karena konsep dan rumus PER terbilang cukup sederhana dan manfaatnya banyak. Berikut ini penjelasannya:

Pengertian Price Earning Ratio

Price earning ratio adalah indikator yang membandingkan harga sebuah saham dengan laba emiten penerbit saham tersebut. Namun alih-alih menggunakan total laba bersih, indikator yang digunakan adalah laba per lembar saham (earning per share/EPS).

Oleh sebab itu, untuk mengetahui nilai P/E Ratio ini, Anda harus menghitung nilai EPS terlebih dahulu. Nilai EPS diperoleh dengan cara membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah lembar saham perusahaan tersebut yang beredar di pasaran.

Nilai P/E ratio yang relatif besar menunjukkan bahwa saham tersebut overvalued (relatif mahal). Sebaliknya, nilai P/E ratio yang rendah menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued (relatif murah).

 

Rumus Price Earning Ratio

Rumus Price Earning Ratio adalah:

PER = Harga Saham / earning per share.

Contohnya, pada tahun 2023 perusahaan B mencatatkan laba bersih sebesar Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah) dengan jumlah lembar saham B yang beredar di pasaran adalah sebanyak 1.000.000.000 (1 miliar) lembar. Maka, nilai EPS saham tersebut adalah Rp2 per lembar.

Apabila harga saham B adalah Rp300 per lembar, maka nilai P/E ratio saham tersebut adalah:

PER = Harga Saham / earning per share

PER = 300 / 2 = 150

Nilai tersebut dapat diartikan bahwa investor pada saham B perlu berinvestasi sebanyak Rp150 untuk mendapatkan 1 rupiah keuntungan dari perusahaan tersebut.

Meskipun tampak besar, namun untuk mengetahui baik buruknya nilai P/E ratio, Anda juga harus mempertimbangkan nilai indikator ini pada perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Apabila nilai P/E ratio perusahaan-perusahaan lain tersebut 200, maka bisa dikatakan kalau harga saham B masih terbilang lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai P/E ratio perusahaan lain tersebut dibawah 150, maka harga saham B terbilang mahal.

Selain itu agar hasil analisis Anda bisa lebih komprehensif, Anda bisa menghitung perkembangan nilai P/E ratio dalam 5 atau 10 tahun terakhir. Tujuannya adalah supaya Anda bisa mengidentifikasi kinerja bisnis dan saham perusahaan secara keseluruhan.

 

Manfaat Price Earning Ratio

Manfaat utama dari menggunakan price earning ratio adalah mengetahui saham yang masih undervalued. Memilih saham yang undervalued adalah salah satu tips investasi saham dari value investor, seperti Warren Buffett dan Lo Kheng Hong.

Saham undervalued adalah saham yang dipatok dengan harga lebih murah apabila dibandingkan dengan kinerja perusahaannya. Sederhananya, apabila harga sebuah saham adalah Rp300 per lembar, sementara perusahaan penerbit saham tersebut mampu menghasilkan EPS sebesar Rp3.000 per lembar secara konsisten, maka bisa dikatakan kalau perusahaan ini memiliki kinerja bagus, tapi masih belum dilirik oleh investor.

Perusahaan-perusahaan seperti inilah yang berpotensi untuk berkembang di masa depan. Hal ini karena seiring dengan kinerjanya yang konsisten, niscaya akan semakin banyak investor yang mengetahui perusahaan ini, sehingga harga sahamnya berpotensi untuk naik.

Sebaliknya, penilaian saham menggunakan P/E Ratio juga berfungsi untuk menghindari saham yang overvalue, yaitu saham yang harganya mahal tapi kinerjanya tidak seberapa. Meskipun tidak selalu saham gorengan, namun harga saham overvalue seperti ini berpotensi untuk mengalami penurunan.

Oleh karena itu, dengan mengetahui nilai P/E Ratio sebuah perusahaan dan pesaingnya, Anda bisa memilih saham yang lebih tepat dan menguntungkan.

 

Kekurangan Price Earning Ratio

Meskipun memiliki manfaat yang cukup krusial dalam memilih saham yang baik, namun indikator keuangan ini juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan dari price earning ratio adalah:

1. Nilai P/E ratio setiap industri bisa berbeda

Laba bersih dan harga saham rata-rata sebuah industri bisa jadi akan berbeda dengan industri lainnya. Oleh karena itu investor disarankan untuk membandingkan nilai P/E ratio perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama dan atau dengan P//E ratio seluruh saham yang ada di bursa sekalian. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah saham tersebut relatif lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan rata-rata industri dan rata-rata P/E ratio saham seluruh negeri.

 

2. Nilai P/E ratio sebuah perusahaan bisa fluktuatif

Harga saham dan laba bersih suatu perusahaan adalah dua variabel keuangan yang bisa berubah-ubah seiring waktu. Maka dari itu, untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut konsisten atau tidak, investor perlu mengevaluasi kinerja nilai P/E ratio saham tersebut dalam beberapa tahun sekaligus.

 

3. Nilai P/E ratio hanya berfokus pada dua variabel

Kekurangan selanjutnya dari indikator keuangan ini adalah fakta bahwa P/E ratio hanya fokus pada laba bersih dan harga saham. Padahal, laba bersih sebuah perusahaan bisa “dimanipulasi” sedemikian rupa, sehingga nilainya tampak tinggi. Misalnya, laba bersih sebuah perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena adanya laba dari kegiatan non-operasional yang besar.

Selain itu, ada lebih banyak lagi variabel keuangan yang harus diperhatikan oleh investor, mulai dari utang, arus kas hingga struktur permodalan. Sederhananya, laba bersih sebuah perusahaan bisa jadi tinggi, namun apabila operasional perusahaan tersebut cenderung disokong oleh utang khususnya utang jangka pendek tentu tidak sehat.

Maka dari itu, selain menggunakan P/E ratio, investor juga didorong untuk menggunakan indikator keuangan lain, seperti debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR), return on investment (ROI) dan masih banyak lainnya.

Akan tetapi Anda tidak perlu khawatir, sebab dengan subscribe blog Alpha Investasi, Anda bisa belajar berbagai indikator keuangan sekaligus menerapkannya. Gunakan aplikasi Alpha Investasi dan dapatkan saham terbaik untuk masa depan Anda!

Scroll to Top