Saham bagus tidak selalu berharga mahal. Jika Anda jeli memilih satu diantara 900 lebih saham di BEI, Anda bisa mendapatkan saham bagus dengan harga murah, termasuk harga di bawah Rp1.000 (penny stock). Salah satu penny stock yang perkembangannya patut Anda awasi adalah Saham BRMS. Dalam satu tahun kebelakang, harga saham perusahaan ini bisa naik lebih dari 19%. Mengapa demikian? Simak pembahasannya berikut ini:
Profil Saham BRMS
Saham BRMS adalah saham yang diterbitkan oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk. Sesuai dengan namanya, perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan berbagai sumber daya alam, seperti tembaga, emas, dan seng (besi).
Didirikan pada tahun 2023 dengan nama PT Panorama Timur Abadi, perusahaan ini kemudian menjadi anggota Bakrie Group setelah diakuisisi oleh PT Bumi Resources (BUMI) pada tahun 2009. Sejak saat itu juga, nama PT Panorama Timur Abadi berganti dengan nama PT Bumi Resources Minerals Tbk seperti saat ini. Perusahaan ini kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dengan kode saham BRMS.
15 tahun setelah diakuisisi oleh PT Bumi Resources, kini perusahaan milik Bakrie Group tersebut tidak memiliki mayoritas saham perusahaan ini. Dilansir dari IDN Financial, 34,13% saham perusahaan ini dimiliki oleh investor publik, 25,10% lainnya dimiliki oleh Emirates Tarian Global Ventures SPC, sebuah perusahaan asal Kepulauan Cayman, Sugiman Halim dengan persentase kepemilikan 75% dan baru sekitar 20% sisanya dimiliki oleh PT Bumi Resources.
PT Bumi Resources Minerals Tbk memiliki 3 anak perusahaan yang beroperasi di bidang tambang dan lokasi yang berbeda, yaitu:
- PT Citra Palu Minerals (CPM). PT Citra Palu Minerals (CPM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Perusahaan ini tercatat mengelola 85.180 hektar area pertambangan yang diperkirakan akan aktif berproduksi hingga tahun 2050.
- PT Dairi Prima Mineral (DPM). PT Dairi Prima Mineral (DPM) adalah hasil kerjasama antara BRMS dengan China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering & Construction Co. Ltd (“NFC China”). Bergerak di bidang pertambangan seng dan timbal di Sumatera Utara, PT Dairi Prima Mineral hanya memiliki 49% saham perusahaan ini, sementara 51% sisanya dimiliki oleh NFC China. Saat ini PT DPM mengelola lahan konsesi seluas 24,636 Ha sejak tahun 2017 dengan kontrak sepanjang 30 tahun (akan berakhir tahun 2047.
- PT Gorontalo Minerals (GM). PT Gorontalo Minerals (GM) adalah perusahaan tambang emas dan tembaga hasil kerjasama antara BRMS dan ANTAM. Perusahaan ini kini mengelola lahan konsesi seluas 34.995 hektar yang terletak di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Perusahaan ini memperoleh hak konstruksi selama 3 tahun sejak tahun 2019 dan memperoleh hak produksi selama 30 tahun sejak tahun 2022. Ini artinya, penambangan emas dan tembaga perusahaan ini di Gorontalo akan berakhir sekitar tahun 1952.
Analisis Fundamental Saham BRMS
Pembukaan lahan konsesi tersebut di atas juga senada dengan pergerakan bisnis perusahaan ini. Produksi emas perusahaan ini naik cukup tajam dari 174 kg pada tahun 2022 menjadi 724 kg pada tahun 2023. Kenaikan harga emas ini diiringi juga dengan kenaikan harga logam mulia ini di pasar dunia, sehingga harga jual rata-rata emas perusahaan ini juga naik dari 1,768 USD per Oz menjadi 1,930 USD per Oz.
Seiring dengan perbaikan kinerja tersebut, pendapatan dan laba perusahaan juga mengalami perbaikan. Dengan tidak mempertimbangkan tahun 2021 dimana laba perusahaan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya, secara keseluruhan pertumbuhan pendapatan dan laba Saham BRMS dari tahun 2019 terbilang cukup stabil.
Secara year on year, pendapatan dan laba perusahaan ini masing-masing naik sebesar 300,52% dan 1,93%. Pendapatan perusahaan ini melonjak dari 11 juta USD pada tahun 2022 menjadi US$ 46 juta pada tahun 2023. Namun karena peningkatan laba perusahaan ini juga diikuti dengan peningkatan beban dan tidak adanya pendapatan komprehensif dari sektor lain, laba bersih perusahaan hanya naik 1,93% saja dari 13 juta USD menjadi 14 juta USD.
Pendapatan dan laba terbaru perusahaan ini juga menunjukkan kinerja positif. Secara YoY, pendapatan BRMS naik 250% apabila dibandingkan dengan Maret 2023, sementara labanya naik 68,91% pada periode yang sama.
Lalu bagaimana dengan utang perusahaan ini? Secara garis besar, proporsi antara utang dan ekuitas dalam aset perusahaan terbilang cukup baik dengan nilai debt to equity ratio (DER) perusahaan ini berada pada level 13,9% pada tahun 2022. Ini artinya, hanya 13,9% pendanaan suatu proyek perusahaan ini yang berasal dari utang.
Namun demikian, komposisi utang perusahaan ini dalam 4 tahun kebelakang didominasi oleh utang jangka pendek (current liabilities). Pada Maret 2024 ini misalnya, dari total liabilitas 153 juta USD, US$ 107 juta diantaranya adalah liabilitas jangka pendek. Apabila hal ini tidak diikuti dengan cadangan aset lancar yang memadai, tentu hal ini dapat berakibat buruk pada kondisi keuangan perusahaan.
Prospek Saham BRMS
Apabila dilihat dari portofolio bisnisnya, BRMS memang memiliki banyak sumber tambang, namun masih tergantung pada tambang emas di Sulawesi. Ini artinya, kinerja bisnis perusahaan ini sedikit banyak masih akan tergantung dengan pergerakan harga emas dunia.
Pada tahun 2024 ini, beberapa ahli memperkirakan harga emas masih bisa menembus 2.000 USD per Oz yang mana hal ini berarti potensi bullish pada saham perusahaan ini masih bisa terjadi. Hal ini ditambah dengan penemuan cadangan emas baru di area sekitar operasional perusahaan yang diperkirakan bisa menambah kapasitas produksi hingga 50%. Hanya saja melihat rekam jejak perusahaan ini yang baru “aktif” kembali sejak tahun 2020, tentu akan lebih bijaksana jika Anda melakukan analisis keuangan dan bisnis yang lebih dalam lagi.