Pernahkah kamu mendengar pepatah yang berbunyi “Jangan meletakkan telur dalam satu keranjang” atau mendapatkan saran yang berbunyi “Jangan meletakkan uang dalam satu kantong saja” ketika akan bepergian? Dua pepatah tersebut mengindikasikan satu hal yang sama, yaitu “diversifikasi”. Diversifikasi adalah strategi pengendalian risiko. Ketika telur diletakkan dalam satu keranjang yang sama, maka semua telur kamu akan pecah jika keranjang tersebut jatuh. Sama halnya jika uang ditaruh di dompet saja ketika bepergian. Jika dompet tersebut jatuh, hilang atau rusak, maka semua uang kamu juga akan ikut lenyap.
Pengertian Diversifikasi
Dalam investasi, diversifikasi adalah strategi pengendalian risiko dengan cara mengalokasikan sebagian modal investasi ke instrumen yang berbeda baik dari jenisnya, maupun dari sektornya.
Misalnya, kamu membeli dua saham di sektor yang berbeda yaitu 1 lot bank A dan 1 lot perusahaan B tambang. Ketika harga saham bank A sedang turun dari Rp5.900 ke Rp5.400 misalnya, sementara harga saham tambang B naik dari Rp4.500 ke Rp4.700, maka portofolio kamu tidak akan rugi Rp50.000 ((5.900-5.400) x 100), tetapi hanya rugi Rp30.000 sebab kerugian dari bank A sudah dinetralkan oleh keuntungan dari saham tambang B.
Jenis-Jenis Diversifikasi dalam Investasi
1. Berdasarkan sektor industri
Strategi diversifikasi berdasarkan industri ini bisa dilakukan karena setiap industri memiliki sistem operasi yang berbeda. BBCA dan ITMG misalnya. Perusahaan perbankan seperti BBCA mendapatkan keuntungan dari selisih bunga tabungan dan kredit masyarakat serta bisnis keuangan lainnya. Perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia bisa berpengaruh secara langsung terhadap bisnis perusahaan ini.
Di sisi lain, perubahan suku bunga acuan bisa jadi tidak terlalu banyak berdampak pada kegiatan bisnis perusahaan tambang seperti PT. Indo Tambangraya Megah (ITMG). Sebaliknya, bisnis ITMG sangat dipengaruhi oleh harga batubara di pasar internasional, yang mana harga batubara internasional tersebut tentu tidak akan berdampak banyak pada BBCA.
Baca juga: Berikut Harga Saham BBCA dalam 1 Lot
2. Berdasarkan Jenis Instrumen Investasi
Ada banyak instrumen investasi yang bisa kamu pilih saat ini, mulai dari yang berisiko tinggi seperti forex, saham dan cryptocurrency sampai yang relatif minim risiko seperti deposito dan reksadana, dari yang sering kamu dengar sampai yang jarang kamu dengar seperti ETF dan EBA. Setiap instrumen memiliki mekanisme tersendiri sehingga potensi risiko dan keuntungannya juga berbeda.
Contoh diversifikasi berdasarkan jenis instrumen ini adalah ketika kamu berinvestasi di saham sekaligus deposito berjangka. Misalnya, kamu punya uang Rp10.000.000, Rp5.000.000 sepenuhnya kamu belikan saham, sementara Rp5.000.000 sisanya kamu masukkan ke deposito. Ketika harga saham yang kamu miliki jatuh sehingga nilai portofolio kamu tinggal Rp4.500.000, kamu masih mendapatkan keuntungan dari investasi deposito, sehingga apabila di total, portofolio total kamu mengalami kerugian kurang dari Rp500.000.
3. Diversifikasi Platform
Laman Investopedia juga menyebutkan diversifikasi investasi berdasarkan platform-nya juga merupakan salah satu jenis dan strategi. Jenis diversifikasi ini bisa dilakukan dengan cara ini misalnya, berinvestasi di 2 platform P2P Lending sekaligus atau memiliki deposito di 2 bank sekaligus. Dengan demikian, ketika investasi kamu di satu platform P2P mengalami gagal bayar atau salah satu bank yang kamu gunakan mengalami pailit, kamu masih memiliki aset di platform P2P dan bank lainnya.
Baca juga: Hindari Investasi Bodong! Pelajari Ciri & Daftarnya yang Dirilis OJK
Keuntungan Diversifikasi dalam Investasi
Dalam investasi keuntungan utama melakukan diversifikasi adalah meminimalisir risiko baik itu risiko yang timbul akibat penurunan harga instrumen di pasar (risiko pasar), risiko yang timbul akibat adanya perubahan trend bisnis, hingga risiko likuiditas.
Kedua, dengan diversifikasi kamu juga bisa menyesuaikan kebutuhan instrumen sesuai dengan tujuan investasi. Misalnya, saham blue chip untuk kebutuhan jangka panjang dan reksadana pasar uang untuk kebutuhan jangka pendek.
Bagi investor pemula, diversifikasi juga merupakan cara yang bagus untuk mengenal masing-masing instrumen. Dengan membagi modal investasi ke dalam beberapa instrumen sekaligus, kamu akan mengetahui karakteristik masing-masing instrumen dan bisa memilih instrumen yang paling cocok dengan tujuan investasi kamu.
Namun demikian, diversifikasi juga memiliki tantangan. Tantangannya adalah, dengan melakukan diversifikasi membutuhkan waktu pengelolaan yang lebih banyak dibandingkan jika kamu hanya berinvestasi pada satu instrumen saja.
Contoh Strategi Diversifikasi yang Efektif
Ada banyak strategi diversifikasi yang bisa kamu coba. Berikut ini diantaranya:
1. Saham vs Obligasi
Saham adalah instrumen investasi yang menawarkan return yang tinggi namun risiko yang tinggi pula. Obligasi di sisi lain, menawarkan instrumen investasi dengan return yang lebih rendah dibandingkan saham, namun risikonya juga lebih rendah. Pasalnya ketika di ambang kebangkrutan, emiten penerbit surat utang ini wajib melunasi utang obligasinya terlebih dahulu, sebelum mengembalikan uang investor saham.
Selain itu, secara teoritis saham dan obligasi juga akan bergerak ke arah yang berbeda ketika menghadapi perubahan ekonomi. Ketika ekonomi membaik, umumnya harga saham akan naik karena investor percaya diri membeli instrumen tinggi risiko semacam saham. Sebaliknya, harga obligasi akan menurun karena investor mencari instrumen dengan return yang lebih tinggi.
Kebalikannya, kalau kondisi perekonomian makro melambat, maka banyak investor mencari instrumen yang lebih rendah risiko, sehingga harga saham turun dan obligasi naik. Dengan memiliki saham dan obligasi sekaligus, portofolio investasi kamu bisa bekerja dengan lebih stabil baik dalam kondisi ekonomi yang baik maupun buruk.
2. Membeli Saham dari Dua Sektor yang Berlawanan
Diversifikasi pada saham maupun obligasi bisa dirinci lagi. Jika obligasi bisa dipilih berdasarkan tanggal jatuh temponya, maka saham bisa dipilih berdasarkan sektornya. Pilihlah dua sektor yang tidak saling berkaitan satu sama lain. Pada contoh yang telah disebutkan di atas misalnya, kamu bisa memilih sektor perbankan dengan sektor tambang.
Hal ini karena saham di sektor yang berbeda bisa bergerak ke arah yang berbeda pula dalam menghadapi gejolak ekonomi. Pada saat pandemi lalu misalnya, saham-saham sektor FMCG banyak yang mengalami penurunan harga, tapi sebaliknya saham sektor kesehatan seperti rumah sakit dan farmasi justru mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, investor tidak hanya perlu mempelajari cara menganalisa harga saham saja, tetapi juga perlu memahami bagaimana cara perusahaan penerbit saham tersebut mendapatkan keuntungan, sehingga bisa memilih saham-saham terbaik untuk diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi paling umum pada investasi.
Pilih dan beli saham-saham dari berbagai sektor dan industri di aplikasi Alpha. Dapatkan juga informasi bisnis dan fundamental penting dari saham tersebut, agar kamu bisa memilih saham yang cocok untuk masuk dalam strategi diversifikasi kamu.