Alpha Investasi | Aplikasi Investasi Saham Terbaik untuk Pemula

Logo Alpha Investasi

Apa Itu Reksa dana? Simak Pengertian, Jenis dan Contoh Reksadana

Apa Itu Reksadana?

Reksa Dana adalah sebuah wadah investasi yang memungkinkan masyarakat untuk menghimpun dana dan dikelola dalam bentuk portofolio efek oleh manajer investasi yang memiliki izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan pendekatan ini, para investor dapat mendapatkan akses ke berbagai instrumen keuangan yang dikelola oleh profesional, sehingga meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi. Bagi investor pemula, memahami konsep dasar dan cara kerjanya sangat penting untuk memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko mereka, sehingga mereka dapat meraih hasil maksimal dari investasi yang dilakukan.

Apa Itu Reksa dana?

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek oleh manajer investasi. Lalu, siapa manajer investasi?

Manajer investasi adalah perusahaan keuangan yang telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengelola dana masyarakat dalam bentuk portofolio investasi. Perusahaan ini mendapatkan keuntungan dari biaya operasional (management fee) pengelolaan reksadana yang diambil dari nilai total dalam 1 periode akuntansi.

Cara Kerja Reksa dana

Cara kerja reksa dana dimulai ketika seorang manajer investasi menerbitkan sebuah “merek” yang menawarkan peluang investasi. Investor yang tertarik dapat berinvestasi dengan cara membeli produk tersebut. Setelah dana terkumpul, manajer investasi akan membeli sejumlah efek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga portofolio investasi dapat dikelola secara profesional dan efektif.

Investor yang membeli reksadana tersebut lantas akan mendapatkan keuntungan berupa capital gain dan coupon atau dividen yang direpresentasikan dalam perubahan NAB.

Seperti contoh cara kerja reksadana saham, manajer investasi A menerbitkan sebuah reksadana saham bernama B. Karena tertarik, investor C lantas berinvestasi pada reksadana tersebut. Manajer investasi A lantas membeli sejumlah efek sekaligus dengan uang yang telah terkumpul, yaitu saham D, saham E, saham F. Baik ketika saham D, E maupun F membagikan dividen, investor tersebut berhak mendapatkan dividen terkait.

Untuk mendapatkan capital gain, investor harus bisa menjual reksadana miliknya ketika harganya naik. Proses pencairan reksadana memakan waktu 2-7 hari kerja tergantung dengan jenis reksadana yang kamu pilih dan jam kamu memasukkan order penjualan.

Biasanya, jika order penjualan dimasukkan sebelum jam 13.00 WIB, pihak manajer investasi akan memproses penjualan instrumen investasi tersebut pada hari itu juga, sementara jika kamu memasukkannya jam 13.00 atau setelahnya, maka order penjualan akan dieksekusi pada hari kerja selanjutnya.

Baca juga: Apa Itu Bank Kustodian? Simak Peran & Kewajibannya!

Jenis Reksa dana

Menurut komposisi portofolionya, jenis reksadana bisa dibagi menjadi:

  1. Reksadana pasar uang (RDPU). RDPU adalah investasi pada Efek bersifat Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
  2. Reksadana saham (RDS). RDS adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari jenis lainnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
  3. Reksadana pendapatan tetap (RDPT) atau reksadana obligasi (RDO). RDPT adalah jenis reksadana dengan melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
  4. Reksadana campuran. Sesuai dengan namanya, reksadana campuran adalah investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang.

Selain 4 jenis reksadana di atas, sebenarnya masih terdapat banyak jenis reksadan lainnya, yang diantaranya adalah reksadana indeks, syariah, global dan endowment fund. Pada reksadana indeks, dana investasi kamu akan dialokasikan untuk membeli saham-saham yang menjadi konstituen indeks tertentu, seperti IDX30, LQ45 dan lain sebagainya.

Untuk reksadana syariah, dana kamu akan dialokasikan untuk membeli instrumen keuangan syariah, seperti deposito bank syariah, saham anggota indeks JII, maupun sukuk korporasi dan sukuk negara. Sedangkan reksadana global, dana investasi kamu akan dialokasikan untuk membeli saham-saham perusahaan yang diperdagangkan di bursa luar negeri, seperti Apple, Microsoft atau Tesla.

Nah, ada juga jenis reksadana yang cukup jarang ditemukan, yaitu endowment fund, Dimana sebagian dari keuntungan instrumen tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan institusi pendidikan, rumah sakit ataupun rumah ibadah.

Lalu, bagaimana cara untuk mengetahui jenis reksa dana yang akan dibeli?



Biasanya, manajer investasi mencantumkan jenis produk investasi pada merek reksadana tersebut. Misalnya, jika ada nama seperti Paramitra Dana Ekuitas, itu berarti termasuk dalam kategori saham. Namun, apabila kamu ingin tahu lebih terperinci, kamu bisa mengunduh dan membaca fund fact sheet (FFS) serta prospektus dari produk investasi tersebut.

Fund fact sheet adalah lembaran yang berisi rangkuman data lengkap dari sebuah produk investasi, mulai dari nama dan penerbitnya, tingkat risikonya, hingga alokasinya. Dokumen ini diterbitkan setiap bulan, dan tidak menutup kemungkinan portofolio manajer investasi untuk instrumen tersebut bisa berbeda setiap bulannya. Jadi, pastikan kamu membaca FFS terbaru baik itu sebelum atau sesudah membeli produk investasi yang ditawarkan.

Mengapa Cocok Untuk Investor Pemula?

Terdapat beberapa alasan mengapa instrumen investasi yang satu ini cocok untuk investor pemula. Alasan tersebut diantaranya adalah:

  1. Terjangkau. Saat ini banyak produk yang bisa kamu beli dengan harga Rp10.000 per unit. Tentu nominal ini cocok untuk investor pemula dan memiliki modal minim.
  2. Dikelola oleh manajer investasi. Seperti yang telah disebutkan di atas, manajer investasi adalah perusahaan keuangan yang telah mendapatkan izin OJK. Tentu, perusahaan ini diisi oleh individu-individu yang handal dibidangnya. Dengan demikian, kamu tidak perlu pusing mengatur portofolio investasi kamu.
  3. Bebas pajak. Tahukah kamu, kalau investasi reksadana itu bebas pajak? Berbeda dengan saham dan obligasi yang kena pajak dividen dan coupon, keuntungan yang diperoleh dari reksadana tidak dikenai pajak. Hanya saja, kamu tetap harus melaporkan harta dari instrumen investasi yang satu ini di Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
  4. Diversifikasi. Ketika membeli satu merek, uang investasi kamu akan diinvestasikan ulang oleh manajer investasi ke beberapa instrumen sekaligus. Ini artinya, hanya dengan membeli satu unit reksadana saja, kamu sudah bisa melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh investor saat berinvestasi.

Padahal, jika kamu berinvestasi di instrumen bukan reksadana, kamu perlu menambah investasi jika ingin melakukan diversifikasi. contohnya, jika di instrumen saham, jika kamu beli saham BBCA saja kamu tidak diversifikasi, namun jika setelah beli saham BBCA kamu membeli saham KLBF, barulah diversifikasi aset terjadi.

Baca juga: Simak Pengertian diversifikasi, Contoh & Strateginya

Tips Untuk Pemula

  1. Pastikan kamu membeli instrumen ini di aplikasi yang terdaftar di OJK. Saat ini, banyak aplikasi investasi bodong, sehingga pastikan legalitas sebuah aplikasi sebelum membeli yang tersedia di dalamnya. Atau kamu juga bisa langsung membeli dari perusahaan manajer investasi nya langsung.
  2. Pastikan rekam jejak manajer investasi. Saat memilih manajer investasi, pastikan kamu melihat rekam jejak dan legalitasnya. Sebab, untung atau tidaknya investasi yang kamu lakukan tergantung pada kepiawaian lembaga ini untuk mengatur dana investor.
  3. Pilih sesuai profil risiko dan tujuan investasi. Hal ini penting, sebab setiap jenis reksadana memiliki karakteristik risiko dan keuntungan yang berbeda.
  4. Cek nominal Nilai Aktiva Bersih (NAB). Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nominal uang yang “dititipkan” investor dalam sebuah reksadana. Semakin besar nilai NAB, maka semakin tinggi pula kepercayaan investor.
  5. Cek nilai drawdown. Nilai drawdown adalah selisih antara harga tertinggi sebuah reksadana dan harga terendahnya. Semakin tinggi nilai drawdown, maka semakin tinggi pula tingkat volatilitasnya.
  6. Cek nilai expense ratio. Expense ratio adalah porsi dari NAB yang digunakan oleh manajer investasi untuk membiayai operasional mereka. Biasanya, nilai variabel ini mewakili efisiensi manajer investasi dalam mengelola dana investor. Namun, tak jarang juga nilai expense ratio yang tinggi disebabkan karena manajer investasi tersebut melakukan kebijakan investasi aktif.

Nah, ringkasan data yang berguna untuk memenuhi keenam tips di atas ada di fund fact sheet yang hanya selembar atau satu halaman saja. Dikarenakan fund fact sheet merupakan ringkasan prospektus.

Reksa Dana adalah pilihan investasi yang menarik bagi pemula karena menawarkan kemudahan dan pengelolaan profesional, sehingga memungkinkan investor untuk melakukan diversifikasi dengan modal yang terjangkau. Dengan memahami cara kerja dan jenis-jenisnya, serta memperhatikan tips yang telah dijelaskan, kamu dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan sesuai dengan profil risiko. Pemilihan yang tepat dapat membantu mencapai tujuan keuangan dalam jangka panjang.

Baca juga: Apa Itu Saham? Simak Pengertian, Cara & Keuntungan Saham

Scroll to Top