Saham material konstruksi merupakan salah satu sektor yang cukup menarik di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena berperan penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Perusahaan konstruksi tidak hanya terlibat dalam pembangunan jalan, jembatan, dan gedung, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Dengan adanya proyek-proyek besar seperti Ibu Kota Negara (IKN), saham material konstruksi memiliki potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Apakah kamu tertarik mengetahui perusahaan-perusahaan konstruksi apa saja yang sahamnya bisa dibeli di BEI? Yuk, simak daftar saham material konstruksi berikut ini!
Sektor Saham Material Konstruksi
Sektor konstruksi di pasar saham Indonesia mencakup berbagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan infrastruktur, produksi bahan bangunan, hingga perusahaan yang menyediakan layanan konstruksi. Industri ini memiliki peran vital dalam pertumbuhan ekonomi nasional karena berkontribusi pada penyediaan infrastruktur yang diperlukan oleh masyarakat dan dunia usaha.
Perusahaan-perusahaan konstruksi ini tidak hanya fokus pada proyek domestik, tetapi juga memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proyek internasional, seiring dengan ekspansi global dari beberapa perusahaan besar di sektor ini.
Daftar Saham Material Konstruksi Di BEI
1. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
Perusahaan BUMN ini bergerak di industri semen sejak 1957. Dengan melantai di BEI pada 1991, SMGR kini menjadi holding yang mengelola anak usaha di bidang semen dan non-semen. Pada semester 1 2024, pendapatan mencapai Rp16,41 triliun, dengan kontribusi dari semen sebesar Rp11,69 triliun. SMGR juga fokus pada ekspansi global, termasuk proyek bersama Taiheyo Cement Corporation.
2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) adalah produsen semen besar yang beroperasi sejak 1975 dan terdaftar di BEI pada 1989. Mengelola 13 pabrik dengan kapasitas 24,9 juta ton per tahun, INTP meraih pendapatan Rp4,04 triliun pada semester 1 2024. Perusahaan juga berkomitmen pada keberlanjutan dengan investasi di bahan bakar alternatif.
3. PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT)
PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) merupakan produsen Semen Merah Putih, didirikan pada 2011 dan IPO pada 2021. Mengoperasikan enam pabrik di Indonesia, Cemindo mencatat pendapatan Rp2,09 triliun pada semester 1 2024. Meski mengalami rugi bersih, Cemindo memperluas pasar global melalui penyertaan modal di produsen semen asal Madagaskar.
4. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB)
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) bergerak di industri bahan bangunan dan memiliki empat pabrik semen di Indonesia. Pada semester 1 2024, pendapatan mencapai Rp2,65 triliun. Perusahaan ini berfokus pada efisiensi dan ekspansi distribusi untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
5. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
Perusahaan ini memproduksi semen di tiga pabrik di Sumatera Selatan. Terdaftar di BEI sejak 2013, SMBR membukukan pendapatan Rp402,69 miliar pada semester 1 2024. SMBR berfokus pada efisiensi operasional dan memperluas pangsa pasar domestik.
6. PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES)
PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES) memproduksi bata ringan dengan merek BLESSCON. IPO pada 2024, perusahaan mencatat pendapatan Rp580,65 miliar pada semester 1 2024. BLES tengah memperluas kapasitas produksi dengan pabrik baru di Banjarnegara, untuk menggenjot penjualan pada 2025.
7. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) adalah anak usaha Waskita Karya yang memproduksi beton pracetak. Pada semester 1 2024, pendapatan mencapai Rp386,32 miliar. Meski rugi bersih, perusahaan sedang restrukturisasi dan fokus pada efisiensi untuk memperbaiki kinerja.
8. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
Anak usaha Wijaya Karya ini memproduksi beton siap pakai dan mendapatkan kontrak baru senilai Rp3,36 triliun pada 2024. Dengan pendapatan Rp1,11 triliun pada semester 1, WTON terus berkembang di sektor infrastruktur.
9. PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS)
PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) bergerak di perdagangan bahan bangunan, BEBS mencatat pendapatan Rp9,51 miliar pada Q2 2024. BEBS juga beroperasi di sektor pertambangan dengan anak perusahaan di Jawa Barat dan Kalimantan Tengah.
10. PT Benteng Api Technic Tbk (BATR)
Produsen material tahan api ini mencatat pendapatan Rp41,64 miliar pada Q2 2024. Setelah IPO pada 2024, BATR berkomitmen memperluas bisnis melalui pembelian aset untuk mendukung operasional.
11. PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA)
PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) bergerak di perdagangan dan pengolahan aspal. Meskipun mengalami rugi bersih, SOLA baru-baru ini mendapatkan kontrak senilai Rp49 miliar untuk proyek jalan hauling di Sumatera Selatan, yang diharapkan meningkatkan pendapatan.
12. PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS)
Produsen geosintetik ini menyediakan produk untuk proyek rekayasa infrastruktur. Pada Q2 2024, AYLS mencatatkan pendapatan Rp317 juta, meski merugi. Perusahaan fokus pada penguatan posisinya di pasar geosintetik.
13. PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW)
Produsen baja ini beroperasi sejak 1974 dan melantai di BEI pada 1997. JKSW memproduksi baja untuk konstruksi dan infrastruktur, serta terus memperkuat posisinya di pasar baja domestik.
Saham material konstruksi memiliki peran yang krusial dalam membangun infrastruktur nasional, menjadikannya sektor yang layak diperhatikan oleh para investor. Dengan berbagai proyek strategis yang sedang berjalan, sektor ini diharapkan terus tumbuh dan menawarkan peluang investasi yang menjanjikan.
Ingin tahu lebih lanjut tentang saham dan investasi? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya di AlphaInvestasi!